Hipertensi
Oleh
Dahler Bahrun dan Hertanti
Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FK UNSRi/ RSMH
Palembang
Pendahulan
Hipertensi merupakan suatu
gangguan yang lazim dijumpai pada orang
dewasa baik dinegara maju mau-pun dinegara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di Amerika Serikat diperkirakan
lebih dari 50 juta penduduk negara
tersebut mengidap hipertensi 1. Kebanyakan hipertensi yang diderita oleh orang dewasa adalah hipertensi primer atau esensial dalam hal mana penyebabnya tidak diketahui. Hipertensi esensial merupakan
salah satu faktor resiko yang penting untuk penyakit
arteriosklerosis. Bila penderita tidak berobat atau minum obat antihipertensi secara tidak teratur gangguan ini akan terus
berlanjut dan pada suatu saat
menimbulkan kerusakan pada organ sasaran seperti otak, mata, jantung dan ginjal. Kerusakan
organ target ini dapat memicu timbulnya stroke, buta, gagal ginjal dan gagal jan-tung kongestif yang setiap saat dapat menimbulkan
ancaman terhadap kehidupan.Berbeda dengan orang dewasa, pada anak-anak bentuk hipertensi
yang 66 banyak
dijumpai adalah hipertensi sekunder, dalam hal mana penyebabnya dapat
diidentifikasi.Derajat hipertensi bervariasi,mulai dari derajat ringan atau prahi-pertensi sampai
derajat yang berat atau derajat 2.
Umumnya hipertensi tidak memberikan gejala-gejala (asimptomatik), namun bila
hipertensi terus berlanjut dan mencapai derajat berat, baru timbul
gejala-gejala
antara lain sakit kepala mual,muntah dan gangguan penglihatan.Gejala-gejala
yang lebih berat berupa kejang umum, penurunan
kesadaran sampai koma yang berakir dengan kematian dapat terjadi bila
tekanan darah naik mendadak dalam
derajat yang lebih berat.
Hipertensi yang telah banyak
menimbulkan kesakitan dan kematian pada orang dewasa, keberadaannya sudah mulai
pada masa bayi, dan baru terdeteksi pada masa anak-anak saat pemeriksaan fisik dilakukan karena alasan penyakit tertentu. .Oleh karena itu, hipertensi perlu
dideteksi dini yaitu dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan
pada waktu check-up kesehatan atau
saat periksa ke dokter. The
Task Force on Blood Pressure Control In
Children menganjurkan untuk melakukan pengukuran tekanan darah pada anak- anak
usia 3 tahun keatas paling kurang sekali
dalam setahun 2.Pada anak usia kurang dari 3 tahun bila pada
anamnesis didapatkan riwayat pemasangan kateter
arteri umbilikalis pada usia
prematur atau riwayat asfiksia pada usia neonatus yang membutuhkan perawatan diruang
gawat darurat, penyakit ginjal meliputi infeksi saluran kemih berulang, penyakit
jantung kongenital, keganasan, pasca transplantasi organ, tekanan intra kranial
meningkat, pengobatan dengan obat-obat
yang diketahui dapat meningkatkan tekanan darah, dan gejala-gejala penyakit lain yang
berhubungan dengan hipertensi3.
Cara mengukur tekanan darah
Untuk
mengukur tekanan darah pada anak dan remaja cara yang lazim
digunakan adalah
cara indirek
dengan
teknik auskultasi menggunakan peralatan stetoskop
dan sfigmomanometer air raksa.(Gambar 1)
Untuk
mendapatkan hasil pengukuran tekanan
darah yang akurat maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
● Periksa terlebih dahulu sfigmomanometer air raksa yang digunakan apakah terdapat kerusakan meka-
nik yang
mempengaruhi hasil pengukuran.
● Lakukan pengukuran tekanan darah dalam suasana tenang,usahakan agar
anak jangan sampai mena-
ngis karena keadaan
ini akan mempengaruhi hasil pengukuran.
● Manset yang digunakan harus
cocok untuk ukuran lengan atas anak. Bila menggunakan manset yang
terlalu sempit,
akan menghasilkan angka pengukuran yang
lebih tinggi, demikian pula sebaliknya.
● Anak sebaiknya dalam
posisi duduk,dengan kaki memijak lantai sedang bayi dalam posisi terbaring.
● Lebar kantong karet harus
menutupi 2/3 panjang lengan atas anak,
sehingga memberikan ruang yang cukup untuk meletakkan
bel stetoskop didaerah fossa kubiti. Panjang kantong karet harus menutupi sekitar
80% atau lebih lingkaran lengan
atas. Berbagai jenis ukuran manset yang direkomendasikan untuk
mengu-kur
tekanan darah pada anak-anak dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
Ukuran-ukuran manset yang direkomendasikan untuk perngukuran tekanan darah pada anak
Rentang umur
|
Lebar
(cm)
|
Panjang
(cm)
|
Lingkar lengan atas
Maksimum (cm) *
|
Neonatus
|
4
|
6
|
10
|
Bayi
|
6
|
12
|
15
|
Anak-anak
|
9
|
18
|
22
|
Dewasa kecil
|
10
|
24
|
26
|
Dewasa
|
13
|
30
|
34
|
Dewasa besar
|
16
|
38
|
44
|
Paha
|
20
|
42
|
52
|
*Dihitung sedemikian
rupa sehingga ukuran lengan terbesar masih dapat dibebat oleh manset minimal
80%
●.Permukaan lengan kanan atas diekspos setinggi jantung.
● Manset yang cocok untuk ukuran lengan atas anak dibelitkan
kuat- kuat pada 2/3 panjang lengan atas.
●Tentukan posisi arteri
brakhialis dengan cara palpasi
pada fossa kubiti.
● Bel stetoskop lalu
diletakan diatas daerah tersebut.Manset dipompa kira-kira 20 mm Hg diatas tekanan
yang diperlukan untuk menimbulkan obstruksi pada
arteri brakhialis yang ditunjukkan dengan hilangnya
denyut arteri radialis pada palpasi.
●Tekanan didalam manset kemudian diturunkan perlahan-lahan dengan
kecepatan 2 – 3 mm Hg/ detik
sampai terdengar bunyi suara lembut (fase Krotkoff 1
= K1)yang merupakan petunjuk dari tekanan darah
sistolik (Td S). Bunyi suara lembut ini berangsur-angsur berubah menjadi
suara bising ( K2),lalu disu-
sul oleh suara keras (K3),kemudian menjadi melemah (K4) dan akhirnya menghilang ( K5)
●Tekanan darah diastolik( Td D )ditentukan saat detak bunyi
melemah ( fase (K4) atau menghilang (fase K 5).The
Second Task Force on Blood Pressure Control in Children menggunakan fase K4 sebagai petun-
juk Td D untuk anak berusia kurang dari 13 tahun, sedang untuk anak berusia diatas 13 tahun digunakan
fase K5. Pada bayi dan neonatus cara
auskultasi sulit diterapkan,untuk itu cara yang lazim digunakan ada- lah memakai peralatan oskilometri atau ultrasonik Doppler.
Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi yang banyak dianut sekarang
didasarkan atas laporan ke 4 dari National
High Blood Pressure
Education Program ( NHBPEP) Working
Group on Children (
Tabel 2).
Tabel
2. Klasifikasi hipertensi pada anak-anak
usia 1 tahun atau lebih dan adolesen*
1 .Td normal: Td S atau Td D < dari 90
persentil
2.
Prahipertensi Td S
atau Td D ≥ 90 persentil
tetapi < 95
persentil
Pada
anak remaja dengan Td
S/Td D 120/80 mm Hg tapi <
dari 95 persentil dianggap prahpertensi
3.
Hipertensi rerata Td S
atau Td D > 95 persentil menurut umur, jenis kelamin dan tinggi badan
pada
pengukuran 3 kali berturut-turut d alam waktu yang berbeda
●. Hipertensi stadium 1: Td S atau Td D antarai 95 persentil dan < 99 persentil
+ 5 mm Hg
●.
Hipertensi stadium 2: Td S
atau Td D sama atau diatas 99
persentil + 5 mm Hg
|
*Diunduh dari NHBPEP: Pediatrics 2004, 114: 555-76
Hipertensi diklasifikasikan berdasarkan
pada persentil tinggi
badan,umur dan jenis kelamin. Nilai tekanan darah yang didapat dari hasil
pengukuran dicocokkan dengan data-data persentil untuk tinggi badan, umur dan gender( Lampiran
1 dan 2)
●Hipertensi kerah putih ( white coat hypertension):
Tekanan darah seorang anak ada kalanya
meningkat diatas 95 persentil pada waktu dilakukan
Pemeriksaan dikamar periksa dokter dan kemudian menjadi normotensif setelah berada di-
lingkungan keluarga.
Prevalensi dan penyebab hipertensi
Hipertensi
merupakan gangguan yang jarang dijumpai pada masa anak-anak.
Prevalensinya
berkisar antara 1 sampai 3%. Berdasarkan
etiologinya hipertensi dibagi menjadi
hipertensi
esensial dan hipertensi sekunder.
Hipertensi
esensial jarang dijumpai pada usia pra-adolesen, sebaliknya pada usia adolesen
le- bih sering ditemukan dimana frekuensinya berkisar antara 85 sampai
95% dari jumlah kasus. Penyebabnya tidak
diketahui.
Beberapa faktor yang ikut
terlibat dalam pembentukan hipertensi esensial antara lain adalah
●
Faktor keturunan.
●
Faktor lingkungan meliputi stres, merokok,minum
alkohol, aktifitas fisik yangkurang,konsumsi
garam yang berlebih.
Faktor-faktor lain yang juga dianggap berperan adalah:
●
Ras, obesitas dan gangguan tidur ( snoring atau obstructive sleep apneau,).
Hipertensi sekunder merupakan bentuk hipertensi yang lazim ditemukan pada masa bayi
dan
anak
usia sekolah. Penyebabnya didasari oleh penyakit yang dapat diidentifikasi,dan
terbanyak diantaranya adalah oleh penyakit parenkim
ginjal.
Dari suatu tinjauan kepustakaan disebutkan bahwa dari 563 anak-anak dengan
hipertensi se- kunder 78 % diantaranya dengan penyakit parenkim ginjal, sedang 22%
sisanya penyebab hi- pertensi
berhubungan dengan penyakit
renovaskuler,koarktasio aorta,feokromositoma dan ber- bagai-bagai
keadaan lain.Pada tabel 3 dapat dilihat penyebab hipertensi
pada masa anak-anak berdasarkan kelompok umur.
Tabel 3. Penyebab
hipertensi pada masa anak-anak berdasarkan kelompok umur*
|
Anak-anak
|
|
Infant
|
1 - 6 tahun
|
6 – 12 tahun
|
Adolesen
|
●Trombosis arteri/vena
renalis
●
Anomali kongenital
ginjal
●
Koarktasio aorta
●
Displasia bronkhopulmoner
|
● Penyakit renovaskuler
●Penyakit paren-
kim
ginjal
●Penyebab
endokrin
● Koarktasio aorta
● Hipertensi
esensial
|
●
Penyakit parenkhim
ginjal
●Hipertensi esensial
● Penyakit renovas-
kuler
●Penjebab endokrin
●Iattrogenic
illness
|
●Hipertensi esensial
●Iattrogenic
illness
● Penyakit parenkim
ginjal
●Penyebab endokrin
● Koarktasio aorta
|
*Diunduh dari Luma BG
and Spiotta TR: Hypertension in Children and Adolescents. Am Fam Physician
2006;73-1158-68
Patofisiologi hipertensi
Tekanan
darah (Td) ditentukan oleh hasil
perkalian antara curah jantung dan tahanan total pembuluh darah tepi ( Tabel 4)
Hipertensi
terjadi bila salah satu dari variabel yang mempengaruhi
curah jantung atau taha-nan total pembuluh
darah tepi meningkat, tanpa disertai penurunan
salah satu dari variabel tersebut.
Tabel
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah*
Curah jantung
|
Tahanan pembuluh darah tepi
|
◙ Baroreceptors
◙Volume cairan ekstraseluler
◙Volume sirkulasi efektif
●Atrial natriuretic hormones
●Mineral
kortikoid
● Angiotensin
◙Sistem
saraf simpatis
|
◙
Pressors
●Angiotensin II
●Kalsium (intraseluler)
●Katekolamin
●Sistem saraf simpatis
●Vasopressin
◙
Depressors
●Atrial
natriuretic hormones
●Endothelial
relaxing factors
●Kinins
●Prostaglandin E2
●Prostaglandin I 2
|
Perubahan pada homeostasis elektrolit dalam plasma, terutama konsentrasi natrium, kalsium, dan kalium ,merupakan faktor
yang berpengaruh pula terhadap tekanan
darah seperti yang terli- hat pada tabel diatas.Masukan natrium yang berlebih,dapat
menimbulkan retensi natrium dengan akibat volume cairan ekstraseluler meningkat
dan menimbulkan hipertensi.
Konsentrasi kalsium intraseluler yang
meningkat oleh karena perubahan konsentrasi didalam plasma,menyebabkan peningkatan kontraktilitas vaskuler. Tambahan
lagi kalsium merangsang pelepasan renin, sintesa epinefrin dan
aktifitas system saraf simpatis,yang berdampak pada timbulnya hipertensi
Masukan kalium yang berlebih, menekan produksi dan pelepasan renin dan menginduksi natriuresis, sehingga dengan
demikian tekanan darah jadi turun.
Manifestasi
klinik .
Kebanyakan anak-anak dengan
prahipertensi atau hipertensi derajat1 tidak menunjukkan gejala-gejala (asimptomatik)
Gejala-gejala yang menonjol lazimnya berasal dari penyakit yang mendasarinya seperti
gejala-gejala dari glomerulonefritis
akut pasca infeksi streptokokus (GNAPS), nefritis lupus atau nefritis
Henoch-Schonlein.
Pada bayi-bayi gejala yang
dijumpai lazimnya bersifat non spesifik antara lain berupa failure
to thrive, iritabel, muntah, sulit makan, kejang, distress pernafasan atau
gagal jantung kongestif. Bila tekanan darah pada bayi-bayi ini tidak diukur,
tidak diketahui bahwa kemungkinan penyebab dari gejala-gejala ini ada kaitannya
dengan hipertensi.
Lazimnya gejala-gejala yang diakibatkan
oleh hipertensi muncul bila kenaikan tekanan darah bera-
da pada derajat 2, atau pada keadaan hipertensi krisis
yang diklasifikasikan sebagai hipertensi ur-
gensi atau emergensi berdasarkan tidak
atau terjadi kerusakan akut dari organ sasaran. Kerusakan akut dari organ sasaran antara lain adalah
hipertensi ensefalopati,retinopati, perdara- han intraserebral, gagal jantung
kongestif, dan gagal ginjal.Timbulnya kerusakan akut dari organ target lebih disebabkan oleh kenaikan yang cepat dan
tiba-tiba dari tekanan darah dari pada nilai absolut tekanan darah.
Hipertensi ensefalopati
merupakan salah satu bentuk dari hipertensi emergensi yang dapat dijum
pai pada anak dengan
hipertensi sekunder seperti pada anak dengan penyakit GNAPS. Sekitar 5 –
10 % kasus-kasus hipertensi ensefalopati dapat
terjadi pada anak-anak dengan GNAPS. Gangguan ini ditandai dengan
hipertensi berat dan sekumpulan gejala-gejala neurologik akut berupa sakit
kepala, gangguan penglihatan sampai buta, muntah, kejang umum atau kejang fokal,
defisit neurologik fokal (hemifaresis,
parese nervus VII) penurunan tingkat kesadaran sampai koma. Pada pemeriksaan retina dengan funduskopi dapat
dijumpai gambaran eksudat dan perdarahan
retina (hipertensi retinopati derajat 3) atau edema papil
( hipertensi retinopati grade 4.). Gejala-gejala neurologik akut ini
terjadi karena edema otak, yang diakibatkan oleh kegagalan mekanisme autoregulasi
pembuluh darah otak.
Dalam keadaan normal jumlah
darah yang mengalir keotak dijaga dalam batas tertentu oleh suatu mekanisme
yang dinamakan autoregulasi serebral(
Gambar 1) .
Gambar 1. Autoregulasi aliran darah
otak pada individu normotensi dan hipertensi
Bila terjadi penurunan
tekanan darah, pembuluh darah otak berdilatasi, sebaliknya bila terjadi kenaikan
tekanan darah pembuluh darah otak berkonstriksi. Mekanisme autoregulasi ini
diatur oleh sistim saraf simpatis guna melindungi kerusakan jaringan otak.
Sirkulasi darah otak tetap konstan
pada kisaran tekanan arteri rerata antara 60 – 120 mm Hg. Bila tekanan darah
sistemik naik secara tiba-tiba melampaui batas atas tekanan arteri rerata akan menyebabkan kegagalan autoregulasi serebral, dikarenakan
vasokonstriksi tidak dapat dipertahankan.Terjadi peregangan dan vasodilatasi.
Keadaan ini disebut sebagai breakthrough vasodilatation cerebral blood flow, yang menimbulkan
hiperperfusi, perembasan cairan perivaskuler, dengan akibat edema otak dan
gejala-gejala hipertensi ensefalopati. Penurunan tekanan darah yang cepat pada
fase edema otak, menyebabkan gejala-gejala klinis hipertensi ensefalopati
menghilang dengan cepat tanpa sekuele Pada penderita hipertensi kronik pembuluh
darah otaknya sudah beradaptasi, dikarenakan
dindingnya sudah menebal. Karena itu kurva autoregulasi bergeser
kekanan. Breakthrough vasodilatation cerebral blood flow akan terjadi bila
kenaikan tekanan darah rerata melampaui 180 mm Hg. Keadaan ini dapat
menjelaskan kenapa pada anak dengan hipertensi akut yang menderita GNAPS
misalnya, dapat terjadi hipertensi ensefalopati walaupun tekanan arteri rerata
tidak begitu tinggi, sedangkan pada penderita hipertensi kronik terjadi pada tekanan darah yang lebih tinggi
Pada hipertensi kronik aliran darah
otak mulai menurun pada tekanan arteri rerata antara 150 dan 120 mm Hg, sedang
pada hipertensi akut aliran darah otak mulai menurun pada tekanan arteri rerata
antara 50 – 60 mm Hg. Oleh karenanya penurunan tekanan darah pada hipertensi
kronik tidak boleh terlalu cepat, harus bertahap. Penurunan tekanan darah yang
terlalu cepat dapat menimbulkan hipotensi, iskemia otak yang munculnya lebih
cepat dari pada hipertensi akut dengan gejala awal badan lemas,pusing dan dapat
berlanjut menjadi koma dan berakir dengan kematian.
Kriteria diagnostik dari hipertensi
ensefalopati adalah,gejala-gejala neurologik akut segera menghilang bila
tekanan darah diturunkan segera dengan menggunakan obat-obat antihipertensi
yang poten. Namun bila tekanan darah
sudah turun, tapi anak belum sadar perlu
dipikirkan keadaan lain seperti perdarahan dan infark otak,trombosis pembuluh
darah otak atau tumor otak. Untuk menyingkan gangguan tersebut perlu
dilakukan pencitraan dengan computerized
tomography ( CT) scan otak atau magnetic resonance angiography( MRA).
Hipertensi emergensi dapat pula menimbulkan
komplikasi serius antara lain:
● Gagal jantung kongestif ditandai dengan
edema perifer,dispneau,tekanan
vena jugularis me-
ningkat, rhonki., kardiomegali,suara bising jantung,dan hepatomegali.
Pada pemeriksaan foto rontgen
dada dapat dijumpai edema paru, dengan kardiomegali.
Pada pemeriksaan EKG/ ekokardiografi dijumpai hipertrofi ventrikel kiri
● Kerusakan akut dari
fungsi ginjal ditandai
antara lain oleh hematuria, penurunan laju filtrasi
glomeruler,yang berdampak pada timbulnya oliguria.peningkatan kadar ureum dan kreatinin
serum , gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa.
Hipertensi emergensi dapat juga terjadi pada penderita dengan
hipertensi kronik seperti pada
hipertensi esensial yang tidak diobati atau makan obat secara tidak
teratur atau pada anak de
ngan hipertensi sekunder antara lain yang didasari oleh penyakit parenkhim ginjal kronik( pie-
lonefritis kronik) sebagai akibat memburuknya penyakit yang dideritanya.
Evaluasi diagnostik
hipertensi pada anak dan remaja
Sekali hipertensi sudah
dikonfirmasikan, perlu dlakukan evaluasi untuk:
●Mencari penyebab yang mendasari
kenaikan tekanan darah
● Mencari kerusakan pada organ target
●Mencari faktor resiko terhadap penyakit kardiovaskuler
.Langkah- langkah yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut:
1.Anamnesis
Jenis kelamin dan umur penderita perlu
ditanyakan dan dicatat .Informasi yang didapatkan dari anamnesis dan relevansinya dapat dilihat pada
tabel 5:
Tabel 5.
Anamnesis pada anak dengan hipertensi
Informasi
|
Relevansi
|
Riwayat
keluarga
Kehamilan(preeklamsia,eklampsia)
Masalah
endokrin(diabetes,tiroid,adrenal)
Komplikasi dini hipertensi
Penyakitginjal
Hipertensi
dan dislipidemia
Riwayat neonatus
Pemasangan kateter arteri umbilikalis
Riwayat
anak
Nyeri dada
Sakit kepala,epistaksis, gangguan penglihatan, kejang,dispneu
Gangguan tidur ( snoring , obstructive sleep apneu )
Nyeri
perut, disuria, frequensi, nokturia, enuresis
Edema periorbital/muka,
hematuria
Berat
badan turun, nafsu makan kuat, berkeringat, flushing,palpitasi
Ruam pada
kulit, nyeri abdomen, sendi bengkak dan nyeri
Fotosensitivitas,
ruam pada kulit muka, sendi bengkak dan sakit
Badanlemas,kejangotot,konstipasi
Obat (steroid, amfetamin, pensiklidin ,pil
kontrasepsi, kokain
penghentian mendadak obat antihipertensi
(klonidin, propranolol), pemakaian obat tetes hidung yang mengandung
pseudoefedrin)
Trauma
pada daerah kepala /pinggang
|
Hipertensi esensial
Familial
endocrinopathy
Hipertensi
esensial
Penyakit
ginjal keturunan,
Hipertensi esensial
Faktor resiko kardiovaskuler
Trombosis vena/arteri renalis
Penyakit
kardiovaskuler
Tidak
khas,kemungkinan manifestasi
klinis hipertensi krisis
Hipertensi
esensial
Penyakit
parenkhim ginjal
Penyakit parenkhim
ginjal
Feokromositoma
Vaskulitis
sistemik
Lupus
eritematosus sistemik
Hiperaldosteronisme
Hipertensi karena obat
Hipertensi karena
trauma
|
2.Pemeriksaan
fisis
Hal-hal yang perlu dilakukan pada pemeriksaan fisis adalah mengukur
tinggi, berat badan, dan menentukan indeks masa tubuh (IMB). Indek masa tubuh
pada seorang anak remaja perlu ditentukan karena terdapat korelasi yang kuat
antara obesitas dengan hipertensi.Tekanan darah pada ke 2 ekstrimitas bagian
atas dan 1 tungkai perlu diukur. Cari
tanda-tanda penyakit yang diduga sebagai
penyebab hipertensi sekunder, komplikasi dan lamanya hipertensi berlangsung (Tabel 6)
Tabel 6. Tanda-tanda yang perlu
diperhatikan pada pemeriksaan fisis
Tanda-tanda
|
Kemungkinan
etiologi
|
Td
pada paha lebih
rendah dari Td pada
lengan atas, denyut nadi femoralis ,tibialis
dan dorsum pedis
melemah, murmur(+)
Café au lait spots ,neurofibroma
Edema
pada muka dan pretibia
Web neck, jarak
kedua puting susu melebar
Malar rash, butterfly rash ,arthralgia
Fasies Elfin,
retardasi pertumbuhan
Acne,strae, obesitas pada muka, leher dan
trunkus
Obesitas umum
Diaphoresis,
flushing,tachicardia
Bruit pada bagian
atas abdomen/ punggang
Ruam pada
bokong, dan,bagian ekstensor ke 2 ekstremitas bawah, sendi bengkak, nyeri
abdomen
Tiromegali,eksoptalmos
Virilisasi atau
ambiguiti
Massa intra
abdominal
Pucat, retardasi
pertumbuhan
Abnormalitas funduskopi
Parese Nervus
fascialis ,hemiparesis
Acanthosis nigricans
|
Koarktasio aorta
Neurofibromatosis
Penyakit ginjal
Sindrom Turner
Systemic
lupus erythematosus
Sindrom Williams
Sindrom Cushing
Hipertensi
primer
Feokromositoma
Penyakit
renovaskuler
Vaskulitis sistemik
(Pupura Henoch Schonlein)
Hipertiroidisma
Hiperplasia adrenal
kongenital
Tumor Wilms ,ginjal
polikistik,hidronefrosis
Penyakit ginjal
kronik
Hipertensi kronik/hipertensi krisis
Hipertensi kronik/
Hipertensi krisis
Sindrom metabolik
|
3.Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan salah
satu bagian yang penting dalam mengevaluasi anak
atau remaja dengan hipertensi.Jenis
pemeriksaan yang dilakukan didasarkan pada presentasi in- dividu,dan temuan-temuan yang didapatkan dari anamnesis
dan pemeriksaan fisis. Pemeriksaan ini dibagi menjadi 3 fase yaitu pemeriksaan
laboratorium dasar, pemeriksaan spesifik dan spesia- listik ( Tabel 7)
1.Pemeriksaan
laboratorium dasar
Pemeriksaan laboratorium dasar
dilakukan pada semua anak/remaja dengan
hipertensi drajat 1 yang menetap,anak-anak usia prapubertas dengan hipertensi stadium 2 dan pada anak - anak
atau remaja dengan hipertensi simptomatik.
Oleh karena hipertensi pada
anak-anak kebanyakan berupa hipertensi sekunder yang penye-
babnya sebagian besar berhubungan dengan penyakit ginjal, maka tujuan dari pemeriksaan la- boratorium dasar adalah untuk deteksi / identifikasi :
1.Penyebab hipertensi terutama yang berkaitan dengan
penyakit ginjal.
2.
Faktor komorbid untuk sistem.kardiovaskuler
3.
Komplikasi terhadap organ sasaran
1..Penyebab hipertensi yang
berkaitan dengan penyakit parenkhim ginjal
Beberapa jenis
kemungkinan penyakit parenkhim ginjal sebagai penyebab hipertensi sekunder yang ditemukan pada waktu dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat terdeteksi dengan
bantuan pemeriksaan
laboratorium dasar. Jenis-jenis
penyakit ginjal tersebut antara
lain adalah
● Glomerulonefritis ditunjukkan dengan kelainan urinalisis berupa hematuria,
proteinuria, leukosit-
uria dan
selinderuria
● Pielonefritis, disamping kelainan pada
urinalisis diagnosis dikonfirmasikan dengan jumlah bak-
teriuria yang bermakna pada hasil biakan urine
● Sindrom nefrotik terdeteksi dengan dijumpai
hiperkolesterolemia (kadar kolesterol darah >200
mg/dl,
hipoproteinemia ( kadar protein darah < 5,5 gr/dl, kadar albumin darah ≤ 2,5
gr/dl), pro-
teinuria masif ( +3- + 4), atau
ekskresi protein > 50 mg./ kg/24 jam atau > 40
mg/ m2 jam
Tabel 7. Evaluasi laboratorium pada anak /remaja dengan hipertensi
Pemeriksaan
|
Tujuan dan hasil
|
I.
Laboratorium dasar
●Urinalisis /biakan urine, total protein, albumin dan
globulin serum, BUN, kreatinine,
asam urat, elektrolit
●
Klierens kreatinin
● Darah lengkap
●Profil lipid puasa, gula darah
puasa
●Foto
Rontgen dada/
● EKG/
Ekokardiografi
●Funduskopi
(oleh ophthalmologist)
|
Untuk deteksi/ Identifikasi
Penyakit parenkhim ginjal (
glomerulonefritis, pyelonefritis )
Gangguan fungsi ginjal
Anemia normositik, normokrom yang
konisten dengan penyakit ginjal kronik
Anemia hemolitik mikroangiopati( sel
Burr, fragmented cells, tear drop cells) ,trombositopenia
→Sindrom hemolitik uremik.
Hiperlipidemia, gangguan metabolik
→ Faktor komorbid untuk penyakit kardiovaskuler
Kardiomegali
Hipertrofi ventrikel kiri→Kerusakan
organ target.
Fungsi ventrikel kiri
Abnormalitas pembuluh darah retina
|
|
|
II.Pemeriksaan
spesifik
■Immuno
serologi ( ASTO. C3,C4,ANA,dsDNA,ANCA)
■Katekholamin
urine dan darah
■Renin
profiling dan aldosteron plasma,
■Hormon (
kortisol. 17 hidroksikortikosteron,)
■Hormon (
TSH, T3, T4)
Pencitraan
■Ultrasonografi
ginjal/ Pyelography intravena.
Voiding cystouretrography
|
Untuk
menemukan etiologi
Glomerulonefritis
Feokromositoma
Hiperaldosteronisma, penyakit renovaskuler/ penyakit ginjal
Sindroma Cushing
Hipertiroidea
Parut
ginjal, anomall kongenital ginjal, massa ekstra/intra renal (tumor, batu) perbedaan
ukuran kedua ginjal (displasia ginjal atau stenosis arteri renalis)
Refluk
vesikoureter, refluk nefropati/parut ginjal.
|
III.Pemeriksaan
spesialistik
■DMSA/DTPA
Scintigraphy
●Radioisotophic
renography
●USGginjal
dengan Doppler
●Magnetic
resonance angiography
●Angiografi
: aktivitas renin vena renalis
●Digital
subtraction arteriography
■CT/MRI
atau MIGB scan
■Biopsi
ginjal/kulit
■Ambulatory
blood pressure monitoring ■Polysomnography
|
Konfirmasi
diagnostis
Penyakit
renovaskuler/Parut ginjal
Penyakit
renovakuler
Penyakit
renovaskuler
Penyakit
renovaskuler
Penyakit
renovaskuler/Penyakit parenkim ginjal
Penyakit
renovaskuler
Lokalisasi
feokromositoma
Glomerulonefritis/
vaskulitis sistemik
White coat
hypertension
Obstructive sleep apneau
|
●Hiperkalemia, hiponatremia, hipokalsemia, hiperuresemia, kadar
ureum dan kreatinin serum yang
meningkat bila ditemukan merupakan gambaran
dari insufsiensi ginjal / gagal ginjal.
● Hipokalemia berat bila
dijumpai kemungkinan merupakan manifestasi dari hiperaldosteronisma
● Fungsi ginjal dapat ditentukan dengan mengukur
klieren kreatinin dengan menggunakan rumus
Schwartz yaitu klierens kreatinin =Tinggi badan (cm) dibagi kadar kreatinin serum (mg/dl) dikali
faktor koefisien (bergantung pada usia)
Bayi
berat badan lahir rendah - < 1 tahun, k = 0,33
Bayi neonatus
– <1 span="span" style="mso-spacerun: yes;" tahun="tahun"> 1>k = 0,45 ;
Anak
usia antara 1 – 13 tahun, dan wanita adolesen k = 0,55,
Adolesen, lelaki k= 0,70
Bila nilainya < dari 90 mg /1,73 m2/ menit
keadaan ini menunjukkan penurunan fungsi ginjal
● Anemi normokrom normositer bila ditemukan
dapat merupakan salah satu tanda penyakit ginjal
kronik,
● Anemi hemolitik mikroangiopati dan trombositopenia
bila ditemukan , merupakan kecurigaan
kearah
sindrom hemolitik uremik.Diagnosis
dikonfirmasikan dengan
peningkatan kadar BUN
dan
kreatinin serum.
2.Faktor komorbid
Faktor
komorbid atau faktor resiko untuk penyakit kardiovaskuler pada anak dengan hipertensi
perlu
dideteksi.Yang termasuk faktor komorbid antara lain adalah hipertensi, obes, dislipidemia
toleransi
glukosa abnormal, dan gangguan tidur.Dislipidemia dan toleransi glukosa yang abnor-
normal
dapat terdeteksi bila pada pemeriksaan laboratorium dasar dijumpai hiperkolesterolemia
hiperlipidemia,dan kadar
gula darah puasa yang tinggi
3.Komplikasi pada organ target
Pada semua anak dengan
hipertensi kronik perlu dilakukan
pemeriksaan foto thorax, EKG/eko-
kardiografi untuk mendeteksi adanya hipertrofi
ventrikel kiri sebagai konsekuensi dari hipertensi Bila ditemukan merupakan indikasi absolut
untuk memulai pengobatan.
Komplikasi pada mata berupa
hipertensi retinopati perlu dilakukan pada penderita hipertensi kronik atau
pada keadaan hipertensi krisis oleh seorang dokter spesialis mata.
II.
Pemeriksaan spesifik
Sejumlah pemeriksaan laboratorium atau pencitraan
yang spesifik hanya diindikasikan untuk
memastikan etiologi dan komplikasi
hipertensi berdasarkan pada temuan yang
diperoleh dari
anamnesis, pemeriksaan fisis.dan pemeriksaan laboratorium dasar
. Untuk
menentukan jenis penyakit glomeruler perlu pula dilakukan pemeriksaan
laboratorium
spesifik,
yaitu pemeriksaan immunoserologi ( ASTO, ds Anti DNA, ANA, C3, C4, ANCA)
● Diagnosis GNAPS dikonfirmasikan dengan titer ASTO
meningkat dan titer C3 rendah.
● Diagnosis
lupus nefritis,dikonfirmasikan berdasarkan titer C3 dan C4 yang rendah disertai-
kadar
ANA dan double stranded (ds) anti DNA meninggi.
● Diagnosis penyakit vaskulitis sistemik seperti Wagener
granulomatosis atau poliarteritis no-
dosa, dikonfirmasikan dengan ANCA (antineutrophilic
cytoplasmic antibodies)(+),
●
Diagnosis koarktasio aorta dikonfirmasikan dengan pemeriksaan foto rontgen
dada, EKG
dan
ekokardiografi.
Pada
foto rontgen dada tampak kardiomegali dan lekukan pada tulang iga.
Pada
pemeriksaan EKG atau ekokardiografi dapat ditunjukkan pembesaran ventrikel kiri
Struktur anatomi secara tepat dari arkus aorta dan cabang - cabangnya.dapat dilihat
secara
tepat dengan pemeriksaan ekokardiografi demikian
pula halnya dengan fungsi ventrikel kiri.
Jika
pada anamnesis,pemeriksaan fisis dan laboratorium dasar ditemukan penyakit
parenkim
ginjal (piyelonefritis),kecurigaan
kearah stenosis arteri renalis, massa intra abdomen,pemerik-
saan pencitraan
yang perlu dilakukan adalah :
●USG ginjal dan saluran kemih, untuk mendeteksi:
Struktur anomali dari ginjal (ginjal displasi,penyakit ginjal kistik).
Ukuran diantara kedua ginjal apakah asimetri, yang menimbulkan
kecurigaan kearah
stenosis arteri renalis.
Massa intra atau ekstra renal kemungkina tumor
Wilms, neuroblastoma,hidronefrosis atau
uropati obstruktif
2.Pielografi intravena
(PIV) untuk mendeteksi:
● Parut ginjal pada penderita dengan
pielonefritis khronik.
●
Penyakit ginjal kongenital (ginjal polikistik, ginjal displasi)
●
Massa intra renal/ ekstra renal (tumor ginjal,)
● Urolitiasis
dan uropati obstruktif
● Kecurigaan pada stenosis arteri renalis
ditunjukkan dengan terlambatnya pengeluaran zat
kontras pada ginjal yang dicurigai
mengalami stenosis arteri renalis,
Ukuran
ginjal dengan stenosis arteri renalis lebih kecil dibandingkan dengan ginjal
kontrala-
teral.
Bila perbedaan ukuran panjang diantara kedua ginjal 0,5 cm atau lebih hal ini
merupa
kan petunjuk kearah stenosis arteri
renalis.
3. Voiding cystouretrography untuk deteksi refluks vesikoureter
,refluks nefropati /parut ginjal
pada anak yang kemungkinan menderia pielonefritis kronik.,
4.
Hormon dan profil renin
Pemeriksaan kadar hormon dalam serum/ urine
dapat digunakan untuk konfirmasi diagnos-
tik hipertensi yang penyebabnya berhubungan dengan gangguan
endokrin
●Hiperaldosteronisma, diagnosis ditegakkan
berdasarkan hipokalemia, kadar hormon
aldosteron urine yang tinggi, kadar plasma renin activity ( PRA) yang rendah
sekali.
●Bila
kadar PRA meninggi, kemungkinan penyebab
hipertensi berhubungan dengan penya-
kit
renovaskuler atau parenkim ginjal.
● Sindroma
Cushing , kadar 17– hidroksikortikosteroid dan kortisol, yang tinggi, menyokong
diagnosis sindroma Cushing. Pada uji supresi
dengan deksametazon produksi kedua hor-
mon
ini tertekan, sehingga kadarnya menurun dalam plasma.
● Diagnosis
hipertiroid,dikonfirmasikan dengan pemeriksaan
kadar hormone TSH yang ren-
dah kadar
hormon T3 dan T4 yang tinggi
● Diagnosis
feokromositoma /neuroblastoma ditegakkan dengan meningkatnya hasil pemerik-
saan kadar katekolamin/epinefrin dan
metabolitnya dalam darah dan urine.
III.Pemeriksaa spesialistik
Lazimnya
dilakukan dirumah sakit besar oleh dokter spesialis anak konsultan nefrologi
bekerja sama dengan dokter-dokter ahli bidang lain guna menetapkan diagnosis
dan merencanakan pengobatan.
Beberapa
jenis pemeriksaan ini lazimnya digunakan untuk konfirmasi diagnostik penyakit parenkhim ginjal, stenosis
arteri renalis, endokrin, dan white coat
hypertension dan gangguan tidur yang berhubungan dengan obes.
Pemeriksaan tersebut meliputi:
● Tc99 DMSA/Tc99
DTPA (bila tersedia) untuk mendeteksi parut ginjal yang berhubungan
dengan
pielonefritis khronik dan stenosis
arteri renalis.
●
Radioisothopic renography Bila hasilnya asimmetri dianggap stenosis
arteri renalis
●
Doppler renal ultrasonografi
Bila ditemukan aliran darah dalam arteri renalis diantara
kedua ginjal asimetri dianggap ste-
nosis arteri renalis
●.Magnetic resonance angiography
Pemeriksaan
ini bertujuan untuk melihat perbedaan dalam
struktur ( diameter) dari pembu-
luh darah
ginjal. Bila asimetri ,petunjuk stenosis arteri renalis.
● Angiografi Renal vein renin activity
Sampel darah diambil dari kedua vena renalis
dan vena cava inferior ,untuk pemeriksaan
aktivitas
renin plasma dari masing-masing
ginjal.
Bila ratio aktifitas renin 1,5 :1 atau
lebiih diantara kedua ginjal, ini merupakan diagnostik untuk
penyakit
reno vaskuler unilateral dan
merupakan indikasi untuk tindakan operasi
● Digital subtraction arteriography:
Untuk melihat alliran kontras pada masing-masing arteri renalis dan
cabang-cabangnya pada
kedua ginjal
Bila asimetri ini menunjukkan
stenosis arteri renalis.
Pemeriksaan
spesialistik lain-lain
Untuk menentukan lokalisasi feokromositoma
pemeriksaan yang dilakukan adalah
● CT Scan atau magnetic resonance imaging (MRI)
●
Metaidobenzylguanidine (MIGB) scan
Untuk
konfirmasi diagnosis Glomerulonefritis kronik secara
histopatologi pemeriksaan yang di-
lakukan adalah biopsi ginjal
Diagnosis
vaskulitis sistemik seperti purpura Henoch-Schonlein dapat dikonfirmasikan
dengan
dijumpai gambaran berupa leucocytoclastic
vaskulitis pada biopsi kulit
dari jaringan yang ter-
kena .
Untuk membantu dalam mendiagnosis
anak remaja dengan white-coat hypertension pemeriksaan yang
dilakukan adalah
●Ambulatory blood pressure monitoring
Riwayat gangguan tidur (snoring atau obstructive sleep apneau) pada remaja dengan obes da
pat diidentifikasi dengan pemeriksaan
● Polysomnography
Pengobatan hipertensi
Pengobatan dapat berupa pengobatan nonfarmakologik atau farmakologik.
Kedua jenis pengobatan ini direkomendasikan
berdasarkan usia anak, derajat hipertensi, dan respon terhadap pengobatan.
Sasaran pengobatan adalah
menurunkan tekanan darah dibawah 95 persentil untuk anak-anak dengan hipertensi
esensial tanpa komplikasi, atau dibawah 90 persentil pada pasien hipertensi
khronik yang berkaitan dengan penyakit ginjal kronik, faktor resiko
kardiovaskuler atau hipertensi dengan kerusakan organ target.
1. Pengobatan
nonfarmakologik
Pengobatan nonfarmakologik lazimnya
dilakukan pada anak remaja dengan hipertensi nonkrisis ( hipertensi esensial derajat prahipertensi dan hipertensi derajat 1).
1.1.Pengobatan terdiri dari
●.Menurunkan
berat badan
Pada
anak-anak remaja hipertensi dengan
kelebihan berat atau obes, menurunkan
berat
ba-
dan merupakan hal yang penting dalam menurunkan tekanan darah. Penurunan
indeks masa
tubuh sekitar 10% dapat menurunkan tekanan darah 8 – 12 mm Hg. Penurunan berat
badan
pada anak obes dapat pula mengurangi gejala gangguan tidur seperti ngorok atau obstructive
sleep apneu.
● Melakukan aktifitas fisik yang teratur antara
lain dengan senam aerobik seperti jalan
santai,naik
sepeda,dan berenang.
● Restriksi makanan yang
banyak mengandung lemak
● Diit
rendah garam dengan jumlah sekitar1,2
grm/hari untuk anak usia 4 – 8 tahun dan1,5 g/ha-
ri
untuk anak yang lebih tua.
● Makanan harus mengandung
cukup kalsium,,magnesium, kalium.
● Hindari
merokok,minum alkohol dan minum obat yang dapat meningkatkan tekanan darah.
● Mengurangi stress dengan cara
meditasi atau yoga.
Anak remaja dengan
prahipertensi selama menjalani pengobatan non
farmakologik tekanan
darahnya perlu diukur paling
kurang sekali 6 bulan.Umumnya bila pengobatan nonfarmakologik
dilakukan secara teratur maka cara ini dapat menurunkan tekanan darah mencapai derajat nor-
mal ( < 90 persentil menurut umur jenis kelamin dan persentil tinggi badan).
Bila pada
evaluasi nilai tekanan darah naik dan menetap diatas 95 peresentil (derajat 1) anak
atau
remaja tersebut perlu dievaluasi ulang setiap 1 – 2 minggu. Bila pada evaluasi anak/remaja
belum menunjukkan
gejala-gejala hipertensi, dalam jangka waktu 1 bulan anak tersebut perlu
dirujuk ke dokter spesialis anak konsultan atau
kerumah sakit terdekat untuk mencari kemungkinan apakah penyebab hipertensi berhubungan dengan
hipertensi sekunder, disamping
mencari faktor komorbit terhadap
penyakit kardiovaskuler dan kerusakan pada
organ target.
Pemberian obat antihiperternsif oral dapat
dimulai.. Bila disertai gejala-gejala atau kenaikan tekanan darah berada pada
derajat 2,penderita harus segera dirawat.
2. Terapi farmakologik
Beberapa jenis obat
antihipertensi yang lazim digunakan untuk pengobatan hipertensi pada orang
dewasa telah digunakan pula untuk pengobatan hipertensi pada anak-anak Indikasi pengobatan farmakologik pada anak dengan
hipertensi adalah hipertensi simptomatik,hipertensi sekunde,hipertensi
dengan kerusakan organ target,hipertensi
dengan diabetes,hipertensi derajat 1 yang menetap walaupun telah diobati dengan
pengobatan non-farmakologik.
Umumnya obat- obat
yang lazim digunakan adalah golongan angiotensin
converting enzyme inhibitors (ACE Inhibitors),
angiotensin reseptor blockers(ARBs) ß-blockers, calcium channel blockers, dan diuretik ( Tabel 8).
Tabel
8 Obat-abat anti hipertensi oral yang
lazim digunakan pada anak dengan hipertensi kronik.
Golongan
|
Jenis
|
Dosis
|
Interval
|
DosisMaksimal
|
Komentar/Efek Samping
|
ACE inhibitors
ARB,s
|
Kaptopril
Lisinopril
Enalapril
Losartan
|
0,3-0,5mg/kg per kali
0,07mg/kg/hari/ dibagi 2 dosis
0,08mg/kg/hari, dibagi 2 dosis
0,7mg/kg/hari-50mg/hari
|
2-3 kali/hari
2 kali/hari
2 kali/hari
1 kali/hari
|
2mg/kg/kali atau 6/hari
40mg / hari
40 mg/hari
1,4mg/kg/hari-100 mg/hari
|
Batuk,gangguan pengecap,ruam pada
kulit netropenia, hiperkalemia
Hipotensi
Kontraindikasi: Insufisiensi ginjalberat,stenosis
arteri renalis bilateral
Samadengankaptopril
Samadengan kaptoril
Hipotensi, kontraindikasi pada wanita
hamil
|
ß-blocker
|
Propranolol
|
0,5–1mg/kg/hari, dibagi 2-3 dosis
|
2 kali/hari
|
5 mg/kg/hari
|
Bradikardia,bronchospasm
Kontra-indikas : asthma
|
Calcium
channel blocker
|
Nifedipin
Amlodipin
|
0,25-0,5mg/kg /kali
Anak usia
6-17tahun 2,5-5 mg/hari
|
Tiap 4 - 6 jam
1 kali/hari
|
10 mg/dosis/hari
10 mg/hari
|
Komentar:Hanya untuk hipertensi
krisis.
Hipotensiakut,flushing,takhi- kardi,
sakit kepala, edema
|
Diuretik
|
Hidroklorotiazid
Furosemid
Spirinolakton
|
1 – 2mg/kg/ hari, dibagi 2 – 3dosis
1 – 2 mg/kg/hari, dibagi 2- 3 dosis
1 mg/kg/kali
|
2 -3 kali/hari
1- 2 kali/hari
1 – 2 kali/hari
|
50 mg/hari
6 mg/kg/hari
3,3 mg/kg/hari-100 mg/hari
|
Hipovolemia,hipoka-
lemia
Hipovolemia,hipokalemia,
hioponatremia, gangguan pendengaran
Hiperkalemia
|
Pemilihan dari obat yang digunakan
pada terapi awal tergantung dari derajat beratnya hipertensi, keadaan spesifik
pasien. dan penyakit yang mendasarinya.Umumnya anak-anak hipertensi dengan
diabetes dan mikroalbuminuri atau
penyakit ginjal dengan proteinuri obat antihipertensi yang lazim digunakan adalah golongan ACE inhibitors
atau ARBs sedang pada anak-anak
dengan hipertensi yang disertai dengan migraine headache dianjurkan pemakaian
ß-blockers, atau calcium channel
blockers .Pengobatan dimulai dengan 1 macam obat dan diberikan dengan dosis
rendah, kemudian dinaikkan berangsur-angsur hingga efek terapeutik tercapai,
atau timbul efek samping, atau dosis
maksimal tercapai.
Jika tekanan
darah tidak berhasil diturunkan, dapat
ditambahkan obat anti hipertensi golongan lain.Bila dengan 2 macam obat tekanan
darah tidak berhasil diturunkan,kemungkinan pasien menderita hipertensi
sekunder, dan perlu dirujuk kedokter
spesialis anak konsultan ginjal anak (SPAK)/ atau kerumah sakit yang mempunyai
fasilitas lengkap.
2.1.Pengobatan
hipertensi krisis
Hipertensi
krisis jarang dijumpai pada masa anak-anak. Prevalensinya kurang dari 0,1 %.
Bila gangguan
ini tidak diobati dapat menimbulkan bahaya yang mengancam kehidupan sebagai
akibat kenaikan yang ekstrim dari tekanan darah.
Batasan hipertensi krisis adalah nilai
Td S/Td D >180/120 mm Hg) atau Td S/Td
D 1,3 – 1,5 kali 95 persentil menurut
umur gender, dan tinggi badan dengan atau tanpa disertai kerusakan atau
gangguan fungsi akut atau sedang berlangsung dari organ-organ target ( otak,
mata jantung dan ginjal)
Hipertensi krisis dibagi menjadi :
●Hipertensi urgensi keadaan hipertensi berat yang belum menimbulkan gangguan fungsi atau
kerusakan akut dari organ target.
Hipertensi urgensi bila tidak diobati,
secara progresif dapat berkembang
menjadi hipertensi
emergensi.
●Hipertensi emergensi
adalah keadaan hipertensi berat yang menimbulkan kerusakan akut atau
sedang
berlangsung dari organ target.
Penyebab yang lazim dari hipertensi krisis pada anak-anak adalah hipertensi sekunder yang
disebabkan antara lain oleh GNAPS, sindrom hemolitik
uremik, pielonefris kronik yang
berhu- bungan
dengan refluk nefropati atau uropati
obstruktif, drug abuse,
glomerulonefritis kronik, hi- pertensi
renovaskuler, feokromositoma dan trauma kepala.
Keberhasilan
pengobatan dari hipertensi krisis tergantung pada pengenalan yang cepat dan
pengobatan yang cocok untuk mencegah
komplikasi.
Pada hipertensi urgensi penurunan tekanan darah
dilakukan dalam waktu beberapa jam sam- pai beberapa hari ( 12 – 24 jam),
lazimnya dengan menggunakan obat anti hipertensi oral seperti nifedipin,kaptopril
atau propranolol.Penderita biasanya tidak memerlukan perawatan intensif, dan
dapat berobat jalan bila tekanan darahnya sudah turun dan stabil.
Pada
keadaan hipertensi emergensi tekanan darah perlu diturunkan segera, dalam waktu
bebe- rapa menit sampai beberapa jam untuk mencegah atau membatasi kerusakan
pada organ target dengan menggunakan obat antihipertensi parenteral dan dengan
pengawasan yang ketat
Sasaran
pengobatan tidak segera mengembalikan tekanan darah pada nilai normal, tapi menu-runkannya
pada batas yang aman.
Penurunan
yang terlalu cepat tidak dianjurkan karena
menimbulkan :
◙ Hipotensi
tiba-tiba,
◙ Kegagalan mekanisme
autoregulasi,
◙ Iskemia otak dan organ visera.
Prinsip penanganan hipertensi emergensi adalah sebagai
berikut:
1. Menurunkan tekanan darah segera.
● Pasien sebaiknya dirawat diruang
intensif, agar penurunan tekanan darah dapat dipantau se-
cermat mungkin, demikian pula tanda-tanda vital yang lain seperti denyut
nadi, frequensi per-
nafasan .
●
Pasang 2 intra venous line, satu untuk larutan
yang mengandung obat antihipertensi,satunya
lagi
larutan garam fisiologik, guna mengantisipasi jika terjadi hipotensi akut sebagai dampak
penurunan tekanan darah yang terlalu cepat.
●.Hitung
perbedaan tekanan darah anak pada saat itu dengan dengan TD 95 persentil anak ter-
sebut.
Turunkan TD 25 – 30% dalam 6
jam pertama, dan selanjutnya 25 – 30% dalam 24 – 36 jam, seterusnya dalam48- 72 jam
●Gunakan obat antihipertensif parenteral yang
bekerja cepat dan mudah dititrasi sepert labetalol,
natrium
nitroprusid, nikardipin dan Obat-obat
lain yang dapat juga digunakan
adalah diazok- sid, hidralazin, klonidin
, esmolol.
Natrium nitroprusid diberikan melalui pompa infus
dengan dosis yang dititrasi, 0,5 - 8
g/kgbb/ menit. Penggunaan obat ini memerlukan pengawasan
ketat karena dapat menimbulkan berba-
gai komplikasi antara lain hipotensi akut dan
keracunan sianida/ tiosianat
Diazoksida diberikan secara intravena dengan dosis 1
- 5 mg/kgbb secara bertahap.atau me- lalui infus tetes dengan dosis 0,25-5mg/kg/
menit.Respons
obat ini sangat cepat dalam menu-runkan tekanan darah.Bila tidak dimonitor
secara ketat dapat timbul
hipotensi akut, iskemia otak,dan organ visera.
Efek samping lain adalah timbulnya hiperglikemia
Pada tabel 9 dapat dilihat beberapa jenis obat antihipertensi
parenteral , mekanisme kerja, dosis, cara pemberian beserta efek samping yang mungkin terjadi pada
pemakain obat ini dalam menangani kasus-kasus hipertensi emergensi pada ana
Jenis
|
Golongoan
|
Dosis
|
Cara pemberian
|
Onset kerja
|
Lama kerja
|
Efeks samping
|
Labetalol
|
a dan ß reseptor
blockers
|
0,5- 3mg/ kg/ jam
|
IV
|
5
– 10 menit
|
2
– 3 jam
|
Bradikardia
Kontra
Indikasi: Asthma
|
Natrium
nitroprusida
|
Vasodilator
|
0,5-8
mg /
kg/ menit
|
IV(infusepompa)
|
Dalam
detik
|
Waktu
paruh beberapa detik
|
Hipotensi
Aliran
Darah otak,TIK Keracunan sianida/ tiosianat
|
Enalapril
|
Angiotensin
converting enzyme inhi- bitor (ACEI)
|
0,005-
0,01 mg/ kg / 8-24 jam
|
IV
|
Dalam
15 menit
|
12
– 24 jam
|
Batuk,
insufisiensi ginjal
Jgndigunakan
pada stenosis arteri renalis bilateral
|
Nikardipin
|
Calcium
channel bocker
|
1
- 3mg/kg/ menit
|
IV infuse
|
Dalam menit
|
Waktu
paruh 10 – 15 menit
|
Hipotensi,
aliran darah otak Reflek takikardia, edema
|
Diazoksid
Hidralazi
|
Vasodilator
Vasodilator
|
1-5mg/kg
0,25-5mg/kg/ menit
0,1-0,5 mg/kg
|
IV
bolus
infus
IV
|
Dalamdetik
1
– 3 menit
10
-30meni
|
8
– 24 jam
4
– 12 jam
|
Hiperglikemia,
hipotensi
Flushing,
edema, hipotensi
Takikardi,sakit
kepala
|
Klonidin
|
Central a blocker
|
2
– 6 mg/ kg /menit dalam
100 ml dektro- ml
dektrsa5%
|
Infus tetes
|
10 menit
|
3
– 7 jam
|
Hipertensi
rebound bila dihentikan mendadak, Mengantuk.
|
Esmolol
|
ß-adrenoresep-
tor blocker
|
50-300
mg/kg/min
|
Infus tetes
|
Dalam
detik
|
10-
20 menit
|
Bradikardia,Tidak
boleh diberikan pada asthma
|
Tabel 9.
Obat-obat antihipertensi untuk Pengobatan Hipertensi emergensi
Tabel 9.
Obat-obat antihipertensi untuk Pengobatan Hipertensi emergensi
●Gunakan obat antihipertensif parenteral yang
bekerja cepat dan mudah dititrasi sepert labetalol,
natrium
nitroprusid, nikardipin dan Obat-obat
lain yang dapat juga digunakan
adalah diazok- sid, hidralazin, klonidin
, esmolol.
Natrium nitroprusid diberikan melalui pompa infus
dengan dosis yang dititrasi, 0,5 - 8
g/kgbb/ menit. Penggunaan obat ini memerlukan
pengawasan ketat karena dapat menimbulkan berba-
gai komplikasi antara lain hipotensi akut dan
keracunan sianida/ tiosianat
Diazoksida diberikan secara intravena
dengan dosis 1 - 5 mg/kgbb secara
bertahap.atau me- lalui infus
tetes dengan dosis 0,25-5mg/kg/ menit.Respons
obat ini sangat cepat dalam menu-runkan tekanan darah.Bila tidak dimonitor
secara ketat dapat timbul hipotensi
akut, iskemia otak,dan organ visera. Efek samping
lain adalah timbulnya hiperglikemia. Pada tabel 9 dapat
dilihat beberapa jenis obat antihipertensi parenteral , mekanisme kerja,
dosis, cara pemberian beserta efek
samping yang mungkin terjadi pada pemakain obat ini dalam menangani kasus-kasus
hipertensi emergensi pada
anak. Bila tekanan darah sudah turun dan stabil obat antihi- pertensif parenteral dapat dihentikan dan
selanjutnya diganti dengan obat antihipertensi oral.
Salah
satu bentuk hipertensi emergensi yang dapat dijumpai pada anak-anak adalah hiper- tensi ensefalopati.Dalam penanganannya obat yang
lazim kami gunakan adalah klonidin atau nifedipin..
1.Klonidin
Klonidin
adalah golongan central a
blocker merupakan obat antihipertensi
yang cukup poten dalam menurunkan tekanan darah pada anak-anak
dengan hipertensi ensefalopati.Obat ini mu- dah didapat, harga terjangkau dan
efeknya terhadap penurunan tekanan darah cukup memuas- kan. Didalam beberapa
literatur pemakaian obat ini pada anak dengan hipertensi ensefalopati kurang disenangi,karena efek sedasi yang ditimbulkannya,
sehingga mengaburkan gejala-geja- EH
yang berkaitan dengan penurunan kesadaran.
Meskipun demikian dalam pemakaian kloni- din pada pengobatan hipertensi
ensefalopati, kami tidak menemukan
kesulitan.
Pada
pengobatan hipertensi ensefalopati dengan
klonidin cara yang digunakan adalah klonidin dilarutkan dalam 100 ml glukosa 5%
dan diberikan secara infus dengan tetesan mikro
(mikro-drip). Dosis awal klonidin mikrodrip adalah 0.002 mg/kgbb/8 jam
atau 12 tetes mikrodrip per me- menit de- ngan dosis maksimal 36 tetes
mikrodrip per menit (3 kali lipat dosis
awal atau 0,006 mg/kgbb/8 jam. Disamping obat ini
biasanya ditambahkan pula diuretik
furosemid dengan dosis 1-2 mg/kg/ /kali, diberikan 2-3 kali sehari.Tekanan darah diukur secara berkala
setiap 30 me- menit sampai tekanan darah
diastolik <100 0="0" 2="2" 3kali="3kali" bb="bb" dan="dan" darah="darah" diberikan="diberikan" ditambahkan="ditambahkan" dosis="dosis" jam="jam" kali="kali" kaptopril="kaptopril" kemudian="kemudian" kg="kg" mg="mg" mmhg="mmhg" sampai="sampai" selanjutnya="selanjutnya" setiap1-3="setiap1-3" span="span" stabil="stabil" style="mso-spacerun: yes;" tekanan="tekanan"> 100>sehari. Selanjutnya
dosis
klonidin diturunkan secara bertahap lalu
dihentikan, sedang kaptopril diteruskan Bila dengan klonidin drip dosis inisial
tekanan darah belum turun, dosis tetesan kloni- din dinaikkan 6 tetes/menit
setiap 3 jam sampai tekanan darah diastolik turun dibawah
100 mm Hg atau tercapai dosis maksimal ( 36 tetes mikro/menit) Kemudian ditambahkan kaptopril oral dosis 0,3 mg/kgbb/kali 2-3 kali
sehari (dosis maksimal kaptopril 2
mg/kgbb/kal).
Bila tekanan darah turun di bawah 100 mmHg,
tetesan klonidin diturunkan bertahap.Bila stabil stabil klonidin drip dihentikan,
kaptopril oral diteruskan Bila tekanan darah belum turun juga da- pat
ditambahkan propranolol atau alfa-metil dopa.
2.Nifedipin
Nifedipin merupakan
salah satu obat antihipertensi golongan penghambat
jalur kalsium saat ini mulai banyak digunakan untuk pengobatan anak-anak dengan
hipertensi krisis, karena pembe- riannya
mudah, efektifitasnya memuaskan dan tidak memerlukan perawatan intensif. Untuk pe
ngobatan hipertensi ensepalopati obat
ini diberikan secara sublingual dosis
0.1mg/kg/kali.Biasa nya obat ini diberikan bersama-sama dengan diuretik furosemid dengan dosis 1-2
mg/kg bb/kali,
2 kali sehari. Tekanan darah diukur setiap 5 menit pada 15
menit pertama, lalu setiap 15 menit
pada 1 jam pertama, selanjutnya tiap 30 menit sampai tekanan darah diastolik
< 100 mm Hg, selanjut-setiap 1-3 jam
sampai tekanan darah stabil
Bila tekanan darah diastolik
tidak turun dibawah 100 mm Hg, dosis dinaikkan 0,1 mg/kgbb/kali setiap 5 menit
pada 30 menit pertama, lalu setiap 15 menit pada 1 jam, selanjutnya tiap 30 me-
nit sampai tekanan darah diastolik turun di bawah 100 mmHg, Dosis maksimal 10 mg/kali.Bila tekanan darah
diastolik sudah < 100 mmHg, diberikan
nifedipin oral dengan
dosis 0,2 – 0.5 mg/kgbb , dibagi 3-4
dosis/hari. Bila dengan nifedipin dosis maksimal
tekanan darah diasto-tolik belum turun
di bawah 100 mmHg, ditambahkan kaptopril oral dosis 0,3 mg/kgbb/kali diberikan
2-3 kali sehari dengan dosis maksimal kaptopril 2 mg/kgbb/kali.
Bila tekanan darah belum
turun juga, dapat ditambahkan obat beta bloker atau alfa-metil dopa.
Selain pemberian obat antihipertensi,dilakukan juga terapi suportif antara lain:
● Koreksi, gangguan
elektrolit dan asam basa
● Mengatasi kejang
dengan pemberian obat antikonvulsan,
●Oksigenisasi dan pemberian nutrisi yang cukup.
2.
Cari komplikasi dan segera obati.
Komplikasi kerusakan organ
target yang biasa dijumpai pada anak dengan hipertensi emergen-
si antara
lain adalah
■ Gagal jantung kongestif.
Obat antihipertensi yang
digunakan adalah:
□Furosemide,
natrium nitroprusid, dan dilanjutkan dengan kaptopril oral.
□O2, tourniquet and morfin
□ Restriksi
cairan
■
Gagal ginjal akut
Obat
antihipertensi yang diberikan dapat berupa
● Natrium nitropruside and furosemide
intra-vena ( harus hati-hati terhadap bahaya
Intoksikasi tiosianat atau sianida.
Obat
lain yang dapat juga digunakan adalah:
● Labetalol
atau nifedipin + furosemid
● Pengobatan
suportif lainnya adalah restriksi cairan,koreksi ganguan elektrolit dan asam-
basa , oksigen intra nasal.
Bila
pengobatan konservatif gagal lakukan dialisis
3.
Cari penyebab dan segera obati.
■ Feokromositoma
Pengabatan definitif adalah operasi.
Sebelum tindakan operasi dilakukan tekanan
darah perlu diturunkan dengan pemberian obat a- adrenergic blocker yaitu phenoxybenzamine
dengan dosis 2,5 mg secara oral tiap 12 jam.sela-
ma 10 hari – 2 minggu untuk mencegah
timbulnya hipertensi krisis saat operasi berlangsung.
Dosis
obat ditingkatkan setiap 2 hari sampai tercapai dosis maksimal, atau penurunan tekanan
darah
yang adekuat Bila dalam pengobatan ditemukan efek samping berupa hipotensi
pasien di sarankan untuk minum yang
banyak dan masukan garam yang berlebih. Bila timbul efek sam-ping berupa takhikardia,
atau arritmia diberikan tambahan obat ß
blocker seperti propranolol
Pasien
feokromositoma dengan
hipertensi derajat 2 yang tidak
terkontrol, atau dengan hiper- tensi
emergensi. untuk menurunkan tekanan darah diobati dengan pentolamin yang diberikan
secara intra vena. Dosis awal adalah
1µg /kg/menit.Dosis dapat dinaikkan secara berangsur-ang
sur mencapai dosis maksimal 7 µg/kg/ menit,
hingga penurunan tekanan darah yang diinginkan
terjadi, kemudian dilanjutkan dengan phenoxybenzamine
oral, dosis 2,5 mg /kali diberikan dua kali sehari.
Penyebab hipertensi krisis lain yang
memerlukan tindakan operatif antara lain adalah:
■Koarktasio
aorta
■
Stenosis arteri renalis unilateral
■
Pielonefritis kronik dengan parut ginjal unilateral
■Ginjal
dysplasia
■Tumor
Wilms
Daftar Pustaka
1.Blumenthal
S, Epps RP, Heavenrich R, et al. Report of the task force on blood pressure
control in children. Pediatrics 1977;
59:1-11,797-820.
2.National
Heart and Lung Institute: Report of the
second Task Force on Blood Pressure
Control in Children. Pediatrics 1987; 79:
1-25
3.National
High Blood Pressure Education Program Working
Group on High Blood
Pressure
Control in Children and
Adolescents:The fourth report on diagnosis, evaluation and
treatment of high blood pressure in
children and adolescents. Pediatrics 2004, 114: 555 - 76
5.
Luma BG, and Spiotta TR: Hypertension in Children and Adolescents. Am Fam
Physician 2006;73: 1158-68
6.Bahrun
D:Hipertensi sistemik . Dalam Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO (
Penyunting) Buku Ajar
Nefrologi Anak ;Edisi 2; Jakarta IDAI; 2002;
hal .242 -90
7.
Bagga A , Jain R, Vijayakumar M, Kanitkar M, Ali U.: Evaluation and Management
of Hypertension,
Indian Pediatrics 2007; 44 : 103 - 121
9.
ld LG and Corey H.: Hypertension in Childhood .
Pediatr. Rev. 2007; 28; 283-298
10.Goonasekera
CDA, Dillon MJ: Hypertension in Children. Saudi J Kidney Dis Transpl 1999; 10:
313-24
11.Temple ME and Nahata MC. : Treatment of
Pediatric Hypertension . Pharmacotheraphy 2000; 20(2): 140-150
12.
Adelman RD, Coppo R,Dillon Mj : The
Emergency Management of severe hypertension.
Pediatr Nephrol 2000; 14 : 420- 427
13.
Vaidya C, Ouelette JR.: Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician
March 2007
14. Varon J and Manik EP: The management of
hypertensive crises. Critical Care 2003;7: 374-384.
15. Vaughan CJ, Delanty N .: Hypertensive
emergencies. Lancet 2000, 356: 411-417
16. Gardner JG and Lee K: Hyperperfusion
syndrome: Insight into the Pathophysiology and treatment of
Hypertyensive Encephalopathy. CNS Spectr,
2007 ; 12 (1): 35 -42.
17.
Alatas H, Hipertensi Ensefalopati dalam Rauf R, Albar H, Taufik AS, Palupessy NM (
Penyunting):
Kegawatan
Pada Penyakit Ginjal Anak. Workshop Sehari; UKK Nefrologi IDAI Makassar, 2006;
17-28.
18.
Jones KM, Engelhoff JC , Patterson RJ .: Hypertensive Encephalopathy in Children
AJNR
1992; 379-383.
19. Chulananda DA, Goonasakera and Dillon MJ
.: The child with hypertension dalam
Webb N,Postlethwaite
(Penyunting); Clinical Paediatric
Nephrology 3rd ed. ,New York; Oxford, 203 :151-161
20.Kher
KK: Hypertension. Dalam Kher MK, Makker SP (Penyunting ) Clinical Pediatric
Nephrology
NewYork, Mc Graw Hill 1994, 323-376
Lampiran
1
Blood
Pressure Levels for Boys by Age and Height Percentile
BP*
Age Percentile
(Years)
|
Systolic BP (mmHg)
Percentile of Height
5th 10th 25th 50th 75th
90th 95th
|
Diastolic BP (mm Hg)
Percentile of Height
5th 10th 25th 50th 75th 90th 95th
|
1
50th
90th
95th
99th
|
80 81 83 85 87 88 89
94 95 97 99
100 102
103
98 99 101
103 104 106 106
106 106
108 110
112 113 114
|
34 35
36 37
38 39 39
49 50
51 52 53
53 54
54 54 55 56 57 58 58
61 62 63 64
65 66 66
|
2 50th
90th
95th
99th
|
84 85 87 88 90 92 92
97 99 100 102 104
105 106
101 102 104 106
108 109 110
109 110 111 113
115 117 117
|
39 40
41 42
43 44 44
54 55
56 57
58 58
59
59 59
60 61
62 63 63
66 67
68 69
70 71 71
|
3 50th
90th
95th
99th
|
86 87 89
91 93
94 95
100 101 103 105 107
108 109
104 105 107 109 110
112 113
111 112 114 116 118
119 120
|
44 44
45 46 47 48 48
59 59
60 61 62 63
63
63 63
64 65 66 67
67
71 71 72
73 74 75
75
|
4. 50th
90th
95th
99th
|
88 89
91 93 95
96 97
102 103 105 107
109 110 111
106 107 109 111
112 114 115
113 114 116 118
120 121 122
|
47 48 49
50 51 51
52
62 63 64
65 66 66
67
66 67 68
69 70 71
71
74 75 76
77 78 78
79
|
5 50th
90th
95th
99th
|
90 91
93 95 96
98 98
104 105 106 108
110 111 112
108 109 110 112
114 115 116
101 102 104 106
108 109 110
|
50 51 52
53 54 55
55
65 66 67
68 69 69
70
69 70 71
72 73 74
74
59 59 60
61 62 63
63
|
6 50th
90th
95th
99th
|
90 91
93 95 96
98 98
105 106 108
110 111 113
113
109 110 112
114 115 117
117
117 118
120 122 124
125 126
|
50 51 52
53 54 55
55
68 68 69
70 71 72
72
72 72
73 74 75
76 76
82 82 83
84 85 86
86
|
7 50th
90th
95th
99th
|
92 94
95 97 99
100 101
106 107
109 111 113
114 115
110 111
113 115 117
118 119
117 118
120 122 124
125 126
|
55 55 56
57 58 59
59
70 70 71
72 73 74
74
74 74 75
76 77 78
78
82 82 83
84 85 86
86
|
8 50th
90th
95th
99th
|
94 95
97 99 100
102 102
107 109 110
112 114 115
116
111 112 114
116 118 119
120
119 120 122
123 125 127
127
|
56 57 58
59 60 60
61
71 72 72
73 74 75
76
75 76 77
78 79 79
80
83 84 85
86 87 87
88
|
9 50th
90th
95th
99th
|
95 96 98
100 102 103
104 109 110
112 114 115
117 118
113 114 116
118 119 121
121
120 121 123
125 127 128
129
|
57 58 59
60 61 61
62
72 73 74 75 76
76 77
76 77 78 79 80 81
81
84 85 86
87 88 88
89
|
10 50th
90th
95th
99th
|
97 98 100
102 103 105
106
111 112 114
115 117 119 119
115 116 117
119 121 122 123
122 123 125
127 128 130 130
|
58 59 60 61 61 62
63
73 73 74 75 76 77
78
77 78 79 80 81 81
82
85 86 86 88 88 89
90
|
*BP=Blood
Pressure
Dikutip
dari (NHBPEP: Pediatric 2004, 114:
555-76)
Blood
Pressure Levels for Boys by Age and Height Percentile (Continued)
BP*
Age Percentile
(Years)
|
Systolic
BP (mmHg)
Percentile of Height
5th 10th
25th 50th 75th
90th 95th
|
Diastolic BP (mm Hg)
Percentile of Height
5th 10th 25th 50th 75th 90th 95th
|
11 50th
90th
95th
99th
|
99 100
102 104 105
107 107
113 114
115 117 119
120 121
117 118
119 121 123
124 125
124 125
127 129 130
132 132
|
59 59 60 61
62 63 63
74 74 75
76 77 78
78
78 78 79
80 81 82
82
86 86 87
88 89 90
90
|
12 50th
90th
95th
99th
|
101 102 104
106 108 109
110
115 116
118 120 121 123
123
119 120
122 123 125 127
127
126 127 129 131 133 134
135
|
59 60 61
62 63
63 64
74 75 75
76 77 78
79 78 79 80
81 82 82
83
86 87 88
89 90 90
91
|
13 50th
90th
95th
99th
|
104 105 106
108 110 111
112
120 121 123
125 126 128
128
121 122 124
126 128 129
130
128 130 131 133 135
136 137
|
60 60 61
62 63 64
64
75 76 77
78 79 79
80
79 79 80
81 82 83
83
87 87 88
89 90 91
91
|
14 50th
90th
95th
99th
|
106 107 109
111 113 114
115
120 121 123
125 126 128
128
124 125 127
128 130 132
132
131 132 134
136 138 139
140
|
60 61 62
63 64 65
65
75 76 77 78
79 79 80
80 80 81 82
83 84 84
87 88 89 90
91 92
92
|
15 50th
90th
95th
99th
|
109 110 112
113 115 117
117
122 124 125
127 129 130
131
126 127 129
131 133 134
135
134 135 136
138 140 142
142
|
61 62 63 64
65 66 66
76 77 78 79
80 80 81
81 81 82 83
84 85 85
88 89 90 91
92 93 93
|
16 50th
90th
95th
99th
|
111 112 114
116 118 119
120
125 126 128
130 131 133
134
129 130 132
134 135 137
137
136 137 139
141 143 144
145
|
63 63 64 65
66 67 67
78 78 79 80
81 82 82
82 83 83 84
85 86 87
90 90 91 92
93 94 94
|
17 50th
90th
95th
99th
|
114 115 116
118 120 121
122
127 128 130
132 134 135
136
131 132 134
136 138 139
140
139 140 141
143 145 146
147
|
65 66 66 67
68 69 70
80 80 81 82
83 84 84
84 85 86 87
87 88 89
92 93 93 94
95 96 97
|
*BP=Blood
Pressure
Dikutip
dari (NHBPEP: Pediatric 2004, 114:
555-76)
Lampiran
2
Blood
Pressure Levels for Girls by Age and Height Percentile
BP
Age Percentile
(Years)
|
Systolic BP (mmHg)
Percentile of Height
5th 10th 25th 50th 75th
90th 95th
|
Diastolic BP (mm Hg)
Percentile of Height
5th 10th 25th 50th 75th 90th 95th
|
1 50th
90th
95th
99th
|
83 84 85
86 88 89
90
97 97 98
100 101 102
103
100 101 102
104 105 106
107
108 108 109
111 112 113
114
|
38 39 39
40 41 41
42
52 53 53
54 55 55
56
56 57 57
58 59 59
60
64 64 65
65 66
67 67
|
2 50th
90th
95th
99th
|
85 85 87
88 89 91 91
98 99 100 101
103 104 105
102 103 104 105
107 108 109
109 110 111 112
114 115 116
|
43 44 44
45 46 46
47
57 58 58
59 60 61
61
61 62 62
63 64 65
65
69 69 70
70 71 72
72
|
3 50th
90th
95th
99th
|
86 87 88
89 91 92 93
100 100 102 103
104 106 106
104 104 105 107
108 109 110
111 111 113 114
115 116 117
|
47 48
48 49 50
50 51
61 62 62
63 64 64
65
65 66 66
67 68 68
69
73 73 74
74 75 76
76
|
4 50th
90th
95th
99 h
|
88 88 90
91 92 94 94 101 102 103 104 106
107 108
105 106 107 108
110 111 112
112 113 114 115 117 118
119
|
50 50 51 52 52 53
54
64 64 65
66 67 67
68
68 68 69
70 71 71
72
76 76 76
77 78 79
79
|
5 50th
90th
95th
99th
|
89 90 91
93 94 95 96
103 103 105
106 107 109
109
108 109 110
111 113 114
115
114 114 116
117 118 120
120
|
52 53 53
54 55 55
56
66 67 67
68 69 69
70
72 72 73
74 74 75
76
78 78 79
79 80 81
81
|
6 50th
90th
95th
99th
|
91 92 93
94 96 97
98
104 105 106 108
109 110 111
108 109 110 111
113 114 115
115 116 117 119
120 121 122
|
54 54 55
56 56 57
58
68 68 69
70 70
71 72
72 72 73
74 74 75
76
80 80 80
81 82 83
83
|
7 50th
90th
95th
99th
|
93 93 95
96 97 99
99
106 107 108
109 111 112
113
110 111 112 113
115 116 116
117 118 119 120
122 123 124
|
55 56 56
57 58 58
59
69 70 70
71 72 72
73
73 74 74
75 76
76 77
81 81
82 82 83
84 84
|
8 50th
90th
95th
99th
|
95 95
96 98 99
100 101
108 109 110 111
113 114 114
112 112 114 115
116 118 118
119 120 121 122
123 125 125
|
57 57 57
58 59 60
60
71 71 71
72 73 74
74
75 75 75
76 77 78
78
82 82 83
83 84 85
86
|
9 50th
90th
95th
99th
|
96 97
98 100 101
102 103
110 110 112
113 114 116
116
114 114 115
117 118 119
120
121 121 123
124 125 127
127
|
58 58 58
59 60 61
61
72 72 72
73 74 75
75
76 76 76
77 78 79
79
83 83 84
84 85 86
87
|
10 50th
90th
95th
99th
|
98 99 100
102 103 104
105
112 112 114
115 116 118
118 116 116 117 119 120
121 122
123 123 125
126 127 129
129
|
59 59 59
60 61 62
62
73 73 73
74 75 76
76
77 77 77
78 79 80
80
84 84 85
86 86 87
88
|
*BP=Blood
Pressure
Dikutip
dari (NHBPEP: Pediatric 2004, 114:
555-76)
Blood
Pressure Levels for Girls by Age and Height Percentile (Continued)
BP*
Age Percentile
(Years)
|
Systolic BP (mmHg)
Percentile of Height
5th 10th 25th
50th 75t 90th 95th
|
Percentile of Height
5th 10th 25th 50th 75th 90th 95th
|
11 50th
90th
95th
99th
|
100 101 102 103
105 106 107
114 114 116
117 118 119
120
118 118
119 121 122
123 124
125 125
126 128
129 130 131
|
60 60 60
61 62 63
63
74 74 74
75 76 77
77
78 78 78
79 80 81
81
85 85 86
87 87 88
89
|
12
50th
90th
95th
99th
|
102 103 104
105 107 108
109
116 116 117
119 120 121
122
119 120 121
123 124 125
126
127 127 128
130 131 132
133
|
61 61 61
62 63 64
64
75 75 75
76 77 78
78
79 79 79
80 81 82
82 86 86 87
88 88 89
90
|
13
50th
90th
95th
99th
|
104 105 106
107 109 110
110
117 118 119
121 122 123
124
121 122 123
124 126 127
128
128 129 130
132 133 134
135
|
62 62 62
63 64 65
65
76 76 76
77 78 79
79
80 80 80 81
82 83 83
87 87 88
89 89 90
91
|
14
50th
90th
95th
99th
|
106 106 107
109 110 111
112
119 120 121
122 124 125
125
123 123 125
126 127 129
129
130 131 132
133 135 136
136
|
63 63 63
64 65 66
66
77 77 77
78 79 80
80
81 81 81
82 83 84
84
88 88 89
90 90 91
92
|
15
50th
90th
95th
99th
|
107 108 109
110 111 113
113
120 121 122
123 125 126
127
124 125 126
127 129 130
131
131 132 133
134 136 137
138
|
64 64 64
65 66 67
67
78 78 78
79 80 81
81
82 82 82 83
84 85 85
89 89 90
91 91 92
93
|
16
50th
90th
95th
99th
|
108 108 110
111 112 114
114 121 122
123 124 126
127 128
125 126 127
128 130 131
132 132 133
134 135 137
138 139
|
64 64 65
66 66 67
68
78 78 79
80 81 81
82
82 82 83
84 85
85 86
90 90 90
91 92 93
93
|
17
50th
90th
95th
99th
|
108 109 110
111 113 114
115 122 122 123
125 126 127
128
125 126 127
129 130 131
132
133 133 134
136 137 138
139
|
64 65 65
66 67 67
68
78 79 79
80 81 81
82
82 83 83
84 85 85
86
90 90 91
91 92 93
93
|
BP*,
blood pressure
Dikutip
dari (NHBPEP: Pediatric 2004, 114:
555-76)