Dewasa ini, dokter tidak hanya dikenal sebagai tenaga medis terdepan dalam menangani keluhan-keluhan pasien, tetapi juga dianggap sebagai figur yang disegani. Namun, ada kalanya seorang dokter menunjukkan etiket yang tidak semestinya pada pasien ataupun sejawat (rekan kerjanya). Perilaku yang tidak semestinya tersebut mungkin terjadi karena tingginya tingkat stres di kalangan tenaga medis. Maksud tingkat stres di sini adalah jadwal padat untuk follow-up pasien rawat inap, kurang istirahat, kurang makan (sehingga tidak adekuatnya gizi), pekerjaan yang seringkali monoton, banyaknya tugas (seperti referat dan case), dan lain sebagainya. Semua jenis tingkat stres tersebut kemungkinan besar dialami seorang dokter dan tampaknya dialami juga oleh calon dokter. Tidak heran, sifat-sifat yang tidak semestinya bisa terjadi pada seorang calon dokter. Adapun sifat-sifat yang dimaksud ialah sebagai berikut:
- Arogansi. Arogansi adalah sifat atau perasaan superioritas yang dimanifestasikan ke dalam sikap yang suka memaksa, kepongahan, kecongkakan, atau keangkuhan. Kesombongan termasuk arogansi. Sebagai contoh, seorang calon dokter, terkadang sombong pada bukan calon dokter (calon bidan, calon fisioterapis, calon perawat, ataupun calon-calon lain yang berada dalam lingkup medis).
- Egois. Egois dalam arti yang sederhana diartikan sebagai sifat memikirkan diri sendiri. Sifat ini sangat terbukti di lapangan. Sebagai contoh, apabila seorang calon dokter sedang banyak sekali tugas "ketikan", sangat sulit calon dokter itu membantu sejawatnya, bahkan ketika sejawatnya hendak/menjelang ujian (yang seharusnya persiapan wawancara dan pemeriksaan tanda vital pasien akan lebih cepat dan mudah bila dilakukan bersama).
- Kehilangan jiwa korsa. Jiwa korsa adalah jiwa kesetiakawanan. Hilangnya jiwa korsa dapat terjadi akibat tingkat stres yang tinggi di rumah sakit dan sifat ego yang masing-masing memikirkan diri sendiri.
- Pemarah. Telah ada penelitian yang melaporkan bahwa stres berkaitan dengan peningkatan kinerja jantung dan penurunan pengendalian emosi. Suatu bentuk "marah" diduga merupakan pelampiasan emosi yang diakibatkan dari kesulitan hidup atau stres tertentu. Sifat pemarah bisa diiringi dengan kelelahan yang secara kontinyu melanda para calon dokter. Tidak jarang yang menjadi objek keharahan adalah seorang pasien.
- Pelupa. Semakin banyak tugas yang diamanatkan pada seorang calon dokter, semakin besar peluang beberapa pekerjaan calon dokter itu terlupakan. Sebagai contoh, untuk sholat sekalipun, calon dokter seringkali lupa, mengingat tugas follow-up pasien dan tugas-tugas lain menumpuk.
Calon dokter Juga Manusia...hehhehehehe
Adapun calon Dokter yang notabane berhadapan dengan masyarakat banyak ya paling tidak bisa lah mengontrol diri terutama emosi nya, sehingga tidak memperlihatkan wajah yang kurang ramah, atau wajah yg terkesan sombong bahkan menganggap orang lain lebih rendah dari dia, yang mana nanti nya juga berpengaruh pada karir yang ia tekuni...apakah Anda termasuk Calon Dokter??
nyepam dl ah.hidupppppp dokter