LEUKIMIA LIMFOBLASTIK AKUT LLA/ALL
Definisi : Keganasan klonal dari sel-sel
prekursor limpoid, penyakit karena akumulasi dari limfoblast
Epidemiologi :
-
angka kejadian 1/60000 orang
per tahun
-
75 % pasien berusia < 15
tahun, dengan puncak insiden umur 3-5 tahun
-
pria lebih > wanita
-
sadara kandung pasien LLA
beresiko 4x lebih tinggi
-
kembar monozigot dari pasien
LLA beresiko 20 % menderita LLA
ETIOLOGI : Secara spesifik belum
diketahui, tetapi kuat dugaan dipengaruhi oleh ,
- predisposisi genetik, abnormalitas dari kromosom meningkatkan perkembangan terjadinya ALL. Penderita sindrom Down beresiko 10-30 x lebih besar dari leukimia.
- Radiasi dan ionisasi, kejadian LLA meningkat 20x dari korban yang selamat dari ledakan bom atom di Jepang (setelah 6-7 tahu paparan), berkaitan dengan kejadian mutasi gen.
- Bahan kimia, paparan terhadap benzene dan agen kemoterapi dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan leukimia.
- Virus, biasanya EBV
- Rokok, menngkatkan kejadian LLA pada usia > 60 tahun
Klasifikasi LLA
Berdasarkan
morfologi (FAB) :
L1 : sel blast kecil, seragam, sitoplasma sedikit
dan nukleoli tidak jelas
L2 : sel blast lebih besar dari L1, anak inti
dengan sitoplasma yang jelas dan lebih heterogen
L3 : sel blast nya besar, anak inti jelas,
vauola dan sitoplama basophilic
Berdasarkan
Immunophenotype :
a.
prekursor
ALL/LLA B
-
PRO
ALL B/EARLY PRE B/LACKS B-, terjadi pada 10 % pasien LLA dewasa, 5% pasien
anak-anak dan banyak terjadi pada bayi
-
Common
ALL, paling sering terjadi pada anak-anak (50% lebih besar dari kasus dewasa),
ada CD 10 + dan glikoproten, blast cell positif untuk CD 19 dan TdT
-
Para
B ALL, adanya ekspresi dari cytoplasmic immunoglobin, 10 % terjadi pada dewasa
dan 15 % pada anak-anak.
b.
All B
(Mature B cell ALL), terjadi pada 40 % pada pasien LLA dewasa, 3 % pada pasien
LLA anak-anak, ada immunoglobulin permukaan, ada CD 10 dan TdT
c.
ALL
T, terjadi pada 25 % pasien LA dewasa, ada antigen sel T (CD 7), kadang-kadang
juga terdapat antigen lain seperti CD 2 dan CD1
Patogenesis
Molekular
Sitogenetik : kelainan utama disebabkan karena
translokasi klonal t(9;22), t(4;11), t(10;14), t(1;19) dan abnormalitas
struktural lainnya (9p, 6q, 12p) atau jika keduanya normal maka kelainan
terjadi pada jumlah kromosom utama (<46>46).46>
Analisa
molekular : menggunakan BCR ABL/ALL 1-AF4, dengan BCR
ABL paling sering dewasa t (9;22), dengan ALL 1-AF4 bisa mendeteksi kelainan t (4;11) pada infant
leukimia/pasien dengan early pre B (pro B ALL)
Manifestasi
klinik
Anamnesis :
Kegagalan sum-sum
tulang : anemia (dispnue, letargi), trombositopenia (gusi berdarah, memar
spontan), neutropenia (demam, malaise, infeksi mulut, infeksi sluran nafas,
sepsis dll)
Hipermetabolik :
banyak berkeringat, keringat malam, gout
Infiltrasi
organ-organ : nyeri tulang, sindrom meningeal (sakit kepala, mual, muntah, penglihatan
kabur)
Pemeriksan Fisik
Limfadenopati,
hepatomegali, spelnomegali, massa mediastinal, pembengkakan testis (jarang)
Pemeriksaan Lab
CBC : Leukosit ¯/N/, Hb turun (anemia normokromik
normositer), trombositopenia
Darah tepi : Sel Blast > 5% (mieloblast,
limfoblast, megakasryosit, erithroblast), juga ditemukan pseudo pelger-huel anomali
(neutrofil dengan lobus sedikit yang disertai denga hipo agranular)
Sum-sum tulang : hiperselular, limfoblast sangat banyak
> 30 %
|

Diagnosis
Banding
|
ALL
|
AML
|
Anemia Aplastic
|
ITP
|
anamnesis
|
|
|
|
|
anemia
|
ada
|
ada
|
ada
|
tidak
ada
|
pendarahan
|
ada
|
ada
|
ada
|
ada
|
infeksi
|
ada
|
ada
|
ada
|
?
|
nyeri
tulang
|
ada
|
ada
|
tidak
ada
|
tidak
ada
|
keringat
malam
|
ada
|
ada
|
tidak
ada
|
tidak
ada
|
pemeriksaan fisik
|
|
|
|
|
hepatosplenoegali
|
ada
|
ada
|
tidak
ada
|
tidak
ada
|
massa mediastinal
|
ada
|
ada
|
tidak
ada
|
tidak
ada
|
pemeriksaan Lab
|
|
|
|
|
Hb
|
turun
|
turun
|
turun
|
normal
|
trombositopenia
|
ada
|
ada
|
ada
|
ada
|
leukositosis
|
ada
|
ada
|
tidak
ada(turun)
|
?
|
neutropenia
|
ada
|
ada
|
|
?
|
pxdarah tepi
|
|
|
|
|
adanya
sel blast
|
ada
|
ada
|
tidak
ada
|
tidak
ada
|
px sum-sum tulang
|
|
|
|
|
hiperselular,
sel blast > 30 %
|
ada
|
ada
|
hiposellular
|
normal
|
Dari diagnosis banding gambaran dari AML dan
ALL karakteristiknya sama, maka untuk membedakan nya digunakan cara morfologik
dari limfoblast dan sitokimia, tetapi jika fasilitas dan dana memungkinkan dapat
dilakukan immunophenotype dan sitogenetika.
Characteristic
|
ALL
|
AML
|
Nuclear/cytoplasmic ratio
|
High
|
Low
|
Nuclear chromatin
|
bergumpal
|
Spongy dan lebih halus
|
Nucleoli
|
0–2
|
2–5
|
Granules
|
-
|
+
|
Auer rods
|
-
|
+
|
Cytoplasm
|
Blue
|
Blue-gray
|
Cytochemical Reaction
|
|
|
Peroxidase
|
-
|
+
|
Sudan
black B
|
-
|
+
|
Periodic-acid-Schiff
|
+/-
|
-
|
Naphthyl ASD chloracetate esterase
|
-
|
+/-
|
Naphthyl acetate esterase
|
-
|
+/-
|
Naphthyl butyrate esterase
|
-
|
-
|
Terminal deoxynucleotidyl transferase
(TdT)
|
†
|
-
|
Sedangkan
dengan cara immunophenotype
marker
|
AML
|
ALL
|
|
prekursor
B
|
T
|
||
mieloid
|
|
|
|
CD13
|
+
|
-
|
-
|
CD33
|
+
|
-
|
-
|
glycophorin
|
+ ( M6)
|
-
|
-
|
platelet
antigen ex CD41
|
+ (M7)
|
-
|
-
|
mieloperoxidase
|
+ (M0)
|
-
|
-
|
B lieage
|
|
|
|
CD19
|
-
|
+
|
|
cCD22
|
-
|
+
|
-
|
CD10
|
-
|
+/-
|
-
|
cig
|
-
|
+(pre B)
|
-
|
T
lineage
|
|
|
|
CD7
|
-
|
-
|
-
|
Ccd3
|
-
|
-
|
-
|
tTdT
|
-
|
+
|
+
|
Pemeriksaan tambahan
lain yang bisa dilakukan yaitu :
Pungsi lumbal,
dilakukan untuk melihat ada atau tidak adanya keterlibatan CNS, dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis. Pemeriksaan ini dianjurkan bila
tidak ada perdarahan berat yang disebabkan platelet yang rendah atau bila tidak
ada kontaminasi dari blast sel karena tingginya sel blast di darah tepi.
Tata laksana
Dibagi menjadi dua
yaitu, pengobatan suportif dan pengobatan spesifik.
Pengobatan
suportif
Terapi untuk
mengatasi infeksi dengan antibiotika adekuat misalnya siprofloksasin,
transfusikonsentrat granulosit.
Terapi unutk
anemia, transfusi untuk mempertahankan hemoglobin sekitar 9-10 g/dl
Terpi untuk
trombositopenia, transfusi trombosit
Pengobatan
spesifik
Sebelum memulai
terapi harus cek dulu keadaan metabolik dari pasien bila terdapat keadaan
hiperurisemi, hiperfpopatemia dan hipokalemia maka terlebih dahulu dilakukan
hidrasi intravena, alkalinisasi urin dan
pemberian allupurinol untuk mencegah akumulasi asam urat. Selain itu diberikan
terapi pencegahan terhadap infeksi virus herpes dan pneumocitis carinii, karena
terapi LLA dapat menekan imunitas seluler.
Terapi spesifik dilakukan
dengan kemoterapi dan kadang-kadang radioterapi. Dibagi menjadi 4 phase yaitu :
a.
induksi
Remisi
dilakukan untuk membunuh sebagian
besar sel tumor secara cepat dan menyebabkan pasien
memasuikedaan remisi. Keadaan remisi adalah keadaan dimana jumlah sel blast kurang dari 5 % dalam sum-sum tulang, hiting
darah tepi normal, dan tidak ada gejala atau
tanda-tanda lain penyakit.
Terapinya : vincristine 1,5
mg/m2/minggu i.v, prednison 6 mg/m2/ghari,oral, L asparaginase 10.000 U/m2, daunorubicin 25mg/m2/minggu sampai
mnggu ke 4 i.v
b. konsolidasi/intensifikasi
menggunakan kmoterapi multi obat dosis
tinggi untuk mengurangi beban tumor sampai tingkat
yang sangat rendah. Obat yng sering digunakan, vinkristin, sikloposfamid,
Ara-C, daunorubicin, thioguanin,
merkaptopurin.
c. terapi pada CNS
obat-obat yang diberikan pada
kemoterapi dapat mencapai ciran serebrospinalis sehingga perlu dilauakn pengobatan spesifik. Yang dapat digunakan, yaitu metrotreksat
dosis tinggi atau sitosin arabinosa
intratekal.
d.
terapi
pemeliharaan
umumnya dipakai 6 merkaptopurinper oral dan metrotreksat tiap
minggu. Diberikan selama 2-3
tahun dengan diseingi terapi onsolidasi atau intensifikasi.
Untuk protokol dari
sumber lain bisa diliat di IPD jilid II hal 731-734
Prognosis
dan komplikasi
Kebanyakann
pasien LLA dewasa dapat mencapai remisi tapi tidak sembuh dengan kemoterapi,
hanya 30 % yang bertahan hidup lama. Kebanyakan pasien yang sembuh dengan
kemoterapi adalah usia 15-20 tahun dengan faktor prognotik baik. Survival rate
untuk LLA dewasa kira-kira 30 %.
Faktor
prognostik ALL
Karakteristik Pasien
|
Faktor Prognostik
|
usia (tahun)
|
|
< 30
|
baik
|
¦ 30
|
buruk
|
jumah leukosit (x106/ml)
|
|
< 30.000
|
baik
|
¦30.000
|
buruk
|
immunophenotype
|
|
T-cell ALL
|
baik
|
Mature B cell ALL, early T cell ALL
|
buruk
|
respon terapi
|
|
remisi komplit dalam 4 minggu
|
baik
|
minimal residual disease persistent
|
buruk
|
Komplikasi dibagi
menjadi 2 jenis yaitu,
a.
kompliksi
karena terapi misanya, akibat kortikosteroid yaitu moonface, hipertensi,
osteoporosis, diabetes, ulserasi GIT.
b.
Komplikasi
dari penyakit, perdarahan akibat trombositopenia yang fatal bila terajdi
pendarahan otak,, batu ginjal, DIC dan kematian
0 comments:
Post a Comment