DEPARTEMEN IKA
RSMH PALEMBANG
|
Malaria
|
Kode ICD : B50-54
|
|
No Dokumen
………….
|
No.Revisi
……………..
|
Halaman :
|
|
Panduan Praktek
Klinis
|
Tanggal Revisi
………………..
|
Ditetapkan Oleh,
Ketua Divisi Infeksi
Dr.
Yulia Iriani, Sp.A
|
|
Definisi
|
Adalah penyakit yang
bersifat akut atau kronis yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium, ditandai
dengan panas, anemia dan splenomegali.
|
||
Etiologi
|
Terdapat 4 spesies dari genus Plasmodium
yang menyerang manusia :
a. P. vivax :
malaria tertiana/malaria vivax
b. P. falciparum : malaria tropika/malaria falciparum
c. P. malariae :
malaria malariae
d. P. ovale :
malaria ovale
|
||
Patogenesis
|
1.
Demam
: timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah → antigen → sel-sel makrofag,
monosit atau limfosit → sitokin (TNF) → aliran darah hipotalamus → demam.
Proses skizogoni pada keempat plasmodium (berbeda-beda) :
- P. Falciparum : 36-48 jam (demam dapat terjadi
setiap hari)
- P. vivax/ovale : 48 jam (demam selang satu hari)
- P. Malariae : 72 jam (demam selang 2 hari)
2.
Anemia : terjadi karena pecahnya sel darah
merah yang terinfeksi
-
P. falciparum : seluruh stadium sel darah (anemia
akut/kronis)
- P. vivax : sel darah merah muda
(anemia kronis)
- P. malariae : sel darah merah tua (anemia
kronis)
3.
Splenomegali
: limpa (organ RES) → plasmodium dihancurkanoleh sel-sel makrofag dan
limfosit → penambahan sel-sel radang → limpa membesar
4.
Malaria
berat : pada P. falciparum : eritrosit yang terinfeksi → proses
sekuestrasi : tersebarnya eritrosit yang berparasit ke pembuluh kapiler
jaringan tubuh → obstruksi pembuluh darah kapiler → iskemia jaringan.
Mekanisme ini bila disertai dengan pembentukan ‘rosette’ (bergerombolnya sel
darah merah yang berparasit dengan sel darah merah lainnya) dan proses
imunologik → gangguan fungsi pada jaringan tertentu
SIKLUS HIDUP PLASMODIUM
Parasit malaria memerlukan dua
hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk anopheles
1.
Siklus
pada manusia
Nyamuk anopheles
menghisap darah manusia : sporozoit (kelenjar liur nyamuk) → peredaran darah
(1/2 jam) → sel hati → tropozoit hati yang kemudian berkembang menjadi skizon
hati (10.000-30.000 merozoit hati). Siklus ini disebut siklus
ekso-eritrositer (2 minggu). Pada P. vivax dan P. ovale
: sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon →
hipnozoit (dormant) → imunitas tubuh turun → aktif → relaps (kambuh).
Merozoit hati →
peredaran darah → menginfeksi sel darah merah → protozoa berkembang dari
stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit). Siklus aseksual ini disebut
skizogoni. Kemudian skizon pecah → merozoit keluar → menginfeksi sel darah
merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.
Setelah 2-3 siklus
skizogoni darah, sebagian merozoit → stadium seksual (gametosit jantan dan
betina).
2.
Siklus
pada nyamuk anopheles betina
Nyamuk : menghisap
darah yang mengandung gametosit (gametosit jantan dan betina) → pembuahan →
zigot → ookinet → menembus dinding lambung nyamuk. Di dinding luar lambumg
nyamuk : ookinet → ookista → sporozoit
(infektif) → manusia.
MASA INKUBASI
-
P. Falciparum :
9-14 hari (12 hari)
- P. vivax :
12-17 hari (15 hari)
- P. ovale : 16-18 hari (17 hari)
- P. Malariae : 18-40 hari (28 hari)
|
||
Bentuk Klinis
|
Malaria tanpa komplikasi.
Malaria berat
Malaria cerebral
Malaria tertiana
: panas timbul dengan interval 48 jam
Malaria aquartana: panas timbul dengan interval 72 jam
Malaria tropica :
panas timbul tidak khas dapat terus menerus
|
||
Anamnesis
|
·
Keluhan utama : demam, menggigil,
berkeringat, dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal
·
Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu
yang lalu ke daerah endemik malaria
·
Riwayat tinggal di daerah endemik malaria,
riwayat sakit malaria
·
Riwayat minum obat malaria satu bulan
terakhir
·
Riwayat mendapat transfusi darah
·
Gejala klinis pada anak dapat tidak jelas
|
||
Pemeriksaan Fisik
|
·
Demam
(perabaan atau pengukuran dengan termometer)
·
Pucat
pada konjungtiva palpebra atau telapak tangan
·
Splenomegali
·
Hepatomegali
Manifestasi
Klinis Malaria Berat (WHO,1997)
Malaria berat
adalah ditemukannya plasmodium falciparum stadium aseksual dengan satu
atau beberapa manifestasi klinis di bawah ini :
1. Malaria
serebral adalah suatu ensefalopati
akut, menurut WHO definisi malaria cerebral memenuhi 3 kriteria yaitu perubahan kesadaran disertai
adanya plasmodium falsiparum dalam darah dan penyebab lain dari akut
ensefalopati terlah disingkirkan .
2. Anemia berat (Hb < 5 g% atau hematokrit
< 15%), hitung parasit > 10.000/uL
3. Gagal ginjal
akut (urin < 1 ml/kgBB/jam setelah dilakukan rehidrasi)
4. Edema paru
atau Acute Respiratiry Distress Syndrome
5. Hipoglikemia (kadar gula darah < 40 mg%)
6. Gagal sirkulasi atau syok (tekanan nadi ≤ 20
mmHg, disertai keringat dingin)
7. Perdarahan spontan
8. Kejang
berulang > 2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia
9. Asidemia (pH :
7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L)
10. Makroskopik hemoglobinuri oleh
karena infeksi malaria akut
Beberapa keadan lain yang dapat
digolongkan sebagai malaria berat :
1)
Ganguan
kesadaran ringan (GCS <15 span="span">15>
2)
Kelemahan
otot tanpa kelainan neurologi
3)
Hiperparasitemia
4)
Ikterus
( kadar bilirubin darah >3 mg)
5)
Hiperpireksi
( temperatur rektal >40 c)
|
||
Pemeriksaan
Penunjang
|
·
Pemeriksaan dengan mikroskop : sediaan
darah tepi tebal dan tipis, untuk menentukan :
a. ada tidaknya parasit malaria
b. spesies dan stadium plasmodium
c. kepadatan parasit : semi kuantitatif
dan kuantitatif
·
Pada penderita tersangka malaria berat :
a. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama
negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut
b. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal
selama 3 hari berturut-turut tidak ditemukan parasit maka diagnosis malaria
disingkirkan.
c. Bila pada pemeriksaan darah tebal ditemukan
parasit malaria, maka pemeriksaan diulang pada hari ke 4, 7, 14, 21, dan 28
·
Tes diagnostik lain : deteksi antigen
parasit malaria imunokromatografi, dalam bentuk dipstik
· Malaria berat :
1)
Kimia
darah : gula darah, serum bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase, albumin,
globulin, ureum, kreatinin, elektrolit, AGD (atas indikasi)
2)
EKG
3)
Foto
thoraks
4)
Analisa
LCS
5)
Biakan
darah dan uji serologi, urinalisis
|
||
Tatalaksana
|
1. Malaria dengan komplikasi
2. Malaria dengan parasitemia berat (>5%)
3. Tersangka malaria dengan hasil laboratorium meragukan
· Penatalaksanaan meliputi :
1.Pemberian obat anti malaria :
-
oral, untuk malaria tanpa komplikasi
-
parenteral, untuk penderita malaria berat atau yang tidak dapat minum obat
2. Pengobatan
suportif
- malaria tanpa
komplikasi : simptomatik terhadap demam
- malaria berat: perawatan umum,
pemberian cairan dan pengobatan simptomatik: anti konvulsan
3.
Pengobatan terhadap komplikasi
organ pada malaria berat
-
tindakan dialisis atau pemasangan ventilator
· Obat anti malaria
§Plasmodium falciparum
Pilihan pertama
Artemisin combination
terapi (ACT) + primakuin 0,75mg/kgbb/dosis tunggal hari pertama.
Salah satu kombinas ACT yang
tersedia adalah: artesunat (4mg/kgbb) – amodoaquin(10mg/kgbb) oral dosis
tunggal perhari selama 3 hari
Setiap kemasan kombinasi
artesunat-amodikuin terdiri dari2 blister:
- blister artesunat: 12 tablet@50mg
- blister amodiakuin: 12 tablet @
200mg~153mg amodiakuin basa
Bila obat tidak tersedia, maka digunakan :
1.
Klorokuin sulfat oral, 25 mg/kgbb terbagi dalam 3 hari
dengan perincian
Hari I : 10 mg/kgbb peroral
Primakuin 0,75 mg/kgbb peroral
Hari II : 10 mg/kgbb peroral
Hari III :
5 mg/kgbb peroral
2. Kinin sulfat 30 mg/kgbb/hari peroral dibagi 3 dosis selama 7 hari. Dosis untuk bayi
adalah 10 mg/umur dalam bulan dibagi 3 bagian selama 7 hari. Kemasan
tablet kina yang beredar di Indonesia: 200mg kina fosfat atau kina sulfat. Ditambah dengan Tetrasiklin oral 5 mg/kgbb/kali, 4 kali sehari selama 7
hari (maks 4x250 mg/hari).
3. Kombinasi sulfadoksin 500 mg dan pirimetamin 25 mg, dengan dosis
pirimetamin 1-1,5 mg/kgbb/hari atau sulfadoksin 20-30 mg/kgbb/hari pada anak
usia > 6 bulan, diberikan peroral dosis tunggal, diberikan dua hari
berturut-turut.
§ Plasmodium vivax/ovale :
Diberikan
§
Klorokuin
: 25mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 3 hari
§
Primakuin : 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari
Bila resisten terhadap klorokuin :
§
ACT seperti pada malaria falsifarum + Primakuin: 0,25 mg/kgBB/hari (14
hari) atau
§
Kina
30mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis selama 7 hari + primakuin 0,25 mg/kgBB/hari
selama 14 hari
·
Pengobatan
malaria berat
Penatalaksanaan kasus malaria
berat meliputi :
a)
Tindakan
umum : pembersihan jalan nafas, pemberian O2, pemberian
cairan dan observasi vital sign
b)
Pengobatan
simptomatik: antipiretik dan anti konvulsi
c)
Pemberian
obat anti malaria :
·
Pilihan
pertama:
§
Kina
HCl 25% per infus,1 ampul mengandung 500mg kina HCL dalam 2ml. Dosis 10 mg/kgBB (bila umur <
2 bulan: 6-8 mg/kgBB) diencerkan dengan dekstrosa 5% atau NaCl 0,9% sebanyak
5-10 ml/kgBB diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita
sadar dan dapat minum obat
§
Bila
sudah sadar/dapat minum obat: dilanjutkan dengan kina sulfat per oral : 30
mg/kgBB/hari, dibagi dalam 3 dosis (total dosis 7 hari dihitung sejak
pemberian kina per infus yang pertama) dan primakuin 0,75 mg/kgBB dosis tuinggal
·
Obat
alternatif :
Derivat
artemisin parenteral : Artesunat atau Artemeter
Cara
pemberian artesunat : Campur 60mg
serbuk kering asam artesunik dan 0,6 ml natrium bikarbonat yang tersdia pada
masing-masing kemasan, encerkan dengan 3-5ml larutan dextros 5%. Dosis: 2,4 mg/kgbb iv/im satu kali sehari (selama7
hari). Bila penderita
sudah dapat minum dilanjutkan dengan ACT seperti pada malaria tanpa
komplikasi.
Sediaan artesunat tidak boleh disimpan setelah
diencerkan.
Cara
pemberian artemeter IM : Artemeter tersdia dalam bentuk ampul 80mg artemetet
dalam larutan minyak. Loading dose 3,2 mg/kbb im selanjutnya 1,6 mg/kgbb im
satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah
dapat minum dilanjutkan dengan ACT seperti pada malaria tanpa komplikasi
· Pengobatan komplikasi :
·
malaria
serebral : penatalaksanaan sesuai dengan malaria berat, pencegahan infeksi
sekunder, aspirasi pneumonia, tidak boleh menggunakan obat-obat seperti:
kortikosterioid, anti edema serebral (urea, manitol), dekstran, dll
·
anemia
berat : transfusi darah PRC bila Hb < 7gr% atau jika Hb ≥ 7gr% tetapi
terdapat tanda-tanda gangguan oksigenasi.
·
hipoglikemia
: bolus glukosa 40% iv : 2-4 ml/kgBB
·
syok
hipovolemia : RL 10-20 ml/kgBB secepatnya sampai nadi
teraba
·
gagal
ginjal akut : anuria : furosemide 1 mg/kgBB/kali
·
perdarahan
dan gangguan pembekuan darah : vitamin K injeksi
10 mg iv
·
Penatalaksanaan
malaria serebral
1.
Pemberian
obat anti malaria
Kina (Kina HCL) dosis 10
mg/kgbb/kali dilarutkan dalam 100-200ml dextrose 5 %(atau NacL 0,9%)
diberikan selama 2-4 jam, tiga kali sehari selama pasien belum sadar. Jika
penderita sudah sadar, kina dilanjutkan oral dengan dosis 3x 10 mg/kgbb/tiap
8 jam selama 7 hari dihitung dari pemberian hari I pemberian parental.
2.
Penanganan
suportif dan komplikasi
Kejang : berikan anti konvulsan
diazepam
Hipoglikemi : kadar gula kurang dari
50 mg%, berikan dextrose 40% iv 0,5-1 ml/kgBB dilanjutkan dengan cairan
rumatan glukosa 10%, sambil dilakukan pemeriksaan kadar gula darah berkala.
Hiperpireksia: pada suhu > 39 derajat berikan
kompres air
Hangat dan antipiretik.
Anemia : kadar hematokrit <15 10ml="10ml" 20="20" atau="atau" blood="blood" darah="darah" kgbb="kgbb" ml="ml" prc="prc" span="span" transfuse="transfuse" whole="whole">15>
Bila
terjadi oliguria disertai tanda klinis dehidrasi maka direhidrasi. Bila
terjadi anuria maka beri diuretic furosemid inisial 40 mg iv. Jika setelah 2-3 jam tidak ada
urine, pertimbangkan dialysis.
Hemoglobulinuria/Black
Water Fever: jika terjadi parasitemia maka pengobatan anti malaria yang
sesuai diteruskan. Transfusi darah segar untuk mempertahankan hematokrit
diatas 20%. Pantau JVP untuk menghindari kelebihan cairan dan hipovolemia. Berikan
furosemid 1 mg/kgbb secara intravena. Jika terjadi oliguri dengan
kadar ureum dan kreatinin serumj meningkat, pertimbangkan hemodialisa.
Ikterus : tidak ada terapi khusus bila ditemukan hemolisis
berat dan Hb sangat turun, maka diberikan transfusi darah. Pada ikterus
berat, dosis malaria setengah dosis dengan waktu pemberian 2 kali lebih lama.
Hiperpasitemia : dilakukan transfusi tukar bila kadar
parasitemia > 30%, atau parasitemia >10% dengan komplikasi malaria
serebral, GGA, ikterus, anemia berat,
atau ditemukan skizon pada darah perifer.
|
||
Prognosis
|
Baik : pada kasus tanpa komplikasi dan belum
resisten obat anti malaria
Buruk : pada malaria berat dengan komplikasi :
kegagalan fungsi organ
|
||
Daftar kepustakaan
|
1.
Feigin
RD, Demmler GJ, Cherry JD, Kaplan SL. Textbook of pediatric infectious
disease, 5th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2004.
2.
Gershon
AA, Hotez PJ, Katz S. Krugman’s infectious disease of children. 11th ed.
Philadelphia: Mosby; 2004.
3.
Sumarmo SPS, Herry G, Sri Rezeki SH, Hindra IS. Buku ajar
infeksi dan pediatri tropis.Edisi kedua. Jakarta: IDAI; 2008.
4.
Krause PJ. Malaria (Plasmodium). In: Behrman RE, Kliegman RM,
Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17.
Philadelphia: Waunders; 2004. p. 1139-42
|
0 comments:
Post a Comment